Minggu, 10 Mei 2015

Maafkan aku, Ayah

Ayah, lagi-lagi dengan ketidaksengajaan aku mengecewakanmu. Maafkan aku yah, entah berapa kali aku melakukannya. Masih dengan ketidaksengajaan, yang mestinya bisa aku cegah, atau bahkan aku hindari sebelumnya. Aku masih menjadi putri kecilmu yang ingin ini itu harus menangis lebih dulu. Aku belumlah pantas menjadi orang dewasa yang bisa menyelesaikan masalah dengan tenang dan penuh pendewasaan seperti orang-orang kebanyakan. Ayah, maafkan segala kesalahan yang putrimu perbuat. Aku berdosa, banyak sekali sikap dan sifatku yang sering menyakiti hatimu, Aku tahu itu yah. Aku menyadari banyak kesalahanku yang membuatmu tak suka, tetapi Ayah selalu mampu menyembunyikan kekecewaan Ayah demi membuatku tetap kuat dan mau berubah. Tiga hari lagi putrimu yang manja ini genap menempati angka 20, umurku tak lagi dikatakan sebagai remaja, bahkan tak pantas dengan sebutan manja. Tetapi sebutan itu seakan akan tetap melekat sampai aku bisa menemukan jati diriku sesungguhnya.
Ayah.. ada yang ingin aku katakan tapi aku tak bisa mengungkapnya pada Ayah. Maafkan aku atas segala kesalahan yang akan aku tulis disini. Yang pertama, Maafkan aku belum bisa, atau bahkan aku tidak mampu memenuhi permintaanmu untuk belajar agama di pondok pesantren. Ayah terlalu baik pada putrimu yang manja ini. Bukankah permintaan Ayah adalah salah satu didikan Ayah dan Mamah yang wajib dilaksanakan oleh anak-anakmu? Tetapi dengan ringan hati Ayah menenggelamkan keinginan besar Ayah untuk menjadikan aku dan adik sebagai anak yang sholekhah dan sholeh dengan belajar agama di pondok pesantren. Kau tahu Ayah, airmataku tak henti-hentinya mengaliri wajahku saat aku mengungkapkan ini padamu. Aku merasa menjadi anak yang tak berguna, tak bisa mematuhi keinginan orang tua yang jelas-jelas baik untuk diriku sendiri. Aku tidak bisa membalas budi pengorbanan kedua orang tuaku, yang dengan susah payah sampai 20 tahunku ini membesarkan aku. Sebenarnya keinginan Ayah sangatlah mudah, semua orang bisa melakukannya termasuk aku. Keterlaluan bukan anakmu ini Ayah? Aku malu, malu sekali. Ketika akhir pekan, biasanya seusai shalat subuh di masjid, kita berkumpul sekeluarga di ruang TV sambil minum hangat. Setiap pagi acara TV kita adalah pengajian, disitu aku merasa sedih, menahan airmata ku agar tak sembarangan menetes ketika kita berkumpul pagi hari. Aku malu pada Ayah, apalagi mendengar Ayah dan Mamah selalu bilang "senangnya kalau punya anak pintar ngaji, baca alqur'an, blablabla".. Aku sedih Ayah, kenapa kedua anakmu tidak bisa fasih mengaji, mengerti syariat islam dengan baik, bahkan untuk tidak mengecewakanmu karna hal-hal kecil saja kami tidak bisa. Lalu dengan apa kami bisa membayar hutang-hutang kami pada Ayah dan Mamah selama hidup kami? Ayah selalu bilang “permintaan Ayah cuma satu pada anak-anak kesayangan Ayah. Ayah hanya ingin kalian fokus mengenyam pendidikan dan meningkatkan keimanan kalian. Shalat, mengaji, sedekah, dan bisa memaksimalkan prestasi kalian di sekolah.” Aku merasa masih belum bisa membuktikan itu semua pada Ayah, padahal banyak sekali yang Ayah tunjukkan pada kami. Tanggung jawab, ketegasan, kasih sayang, cinta, dan Ayah mampu menjadi Imam bagi kami. Jika memang aku tak bisa memenuhi keinginan terbesarmu ini, Aku mohon pada Allah semoga Dia panjangkan umur Ayah hingga Ayah melihat cucu-cucu Ayah kelak dapat belajar agama di pondok pesantren sesuai keinginan Ayah. Semoga anak-anakku kelak yang menggantikannya untukmu yah..
Bertahanlah Ayah, sampai keinginanmu semua dapat kami wujudkan. Bersabarlah.. tetaplah menjadi pria yang tangguh untuk kami. Yang kedua, maaf atas kelemahan hatiku yah. Aku menyukai lawan jenis, dan aku menjalin hubungan dengannya. Dia menyukaiku sejak aku duduk di kelas X SMA, Aku pernah menceritakannya pada Ayah. Terimakasih atas respon baik Ayah mendengarkan ceritaku tentang laki-laki ini, aku senang sekali Ayah bisa memberiku motivasi dan mengingatkanku untuk tetap pada tanggung jawab dan menjaga kepercayaan Ayah. Tapi lagi-lagi aku menyalahgunakan kepercayaan Ayah, dan aku hanya bisa mengatakan “Maaf”. Aku mengingkari perjanjian kita Ayah, aku goyah ketika dia membuat hatiku sakit. Aku selalu menangis atas perbuatan yang dia lakukan, yang membuatku sakit. Aku tidak bisa menahan airmataku untuk tidak keluar. Akhir-akhir ini aku sering menangis karena dia Ayah. Padahal Ayah sangat membenci sikapku ini kan? Aku memang lemah, aku tidak bisa tetap tegar ketika sesutau mencoba melemahkan ku. Aku tidak mampu memerangi perasaan sedihku, dan seketika aku terjatuh Ayah, tak mampu bangkit sendiri. Laki-laki yang ku perkenalkan pada Ayah di rumah akhir tahun 2014 lalu, dia yang sampai sekarang ada dalam hatiku. Ayah sangat tahu akan hal itu, Ayah mampu menerawang seberapa jauh kedekatanku dengannya. Sampai-sampai Ayah tak berhenti memberiku wejangan-wejangan, mungkin karena Ayah khawatir putrimu ini akan terjatuh suatu saat nanti. Kekhawatiran Ayah benar, putrimu rapuh ketika hati kami sudah tak berjalan beriringan. Aku mulai rapuh ketika dia mengatakan bahwa dia menyukai perempun lain. Rasanya sakiit sekali yah.. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku saat ini, aku selalu menangis. Kenapa karena perempuan lain? Kenapa bukan dengan alasan lain yang tidak menyakitiku. Orang ketiga adalah alasan yang paling menyakiti hati perempuan, harusnya dia tahu akan hal itu. Dan seharusnya dia mengerti yang dia katakan akan sangat melumpuhkan perasaanku. Dia memang mengatakan kalau dia kagum, bukan menyukai. Bagiku itu hal yang berbeda, tapi yang aku rasakan saat ini, dia tidak lagi sebatas mengagumi perempuan itu. Tapi perempuan itu sudah masuk ke dalam hati laki-laki yang aku cintai. Bodohnya aku masih bertahan Ayah, semua ini karena aku menyayangi dia. Ayah tahu kalau dia orang yang jujur, iya Ayah aku sudah membuktikannya. Melampaui batas kejujurannya dia mengatakan ada perempuan lain yang ia kagumi. Aku masih bisa menerima dia mengatakan hal itu, tapi sekarang aku tidak sekuat kemarin. Hatiku semakin rapuh setiap harinya mendengar nama perempuan itu dia sebut ketika bicara denganku. Dia selalu membandingkan aku dengan perempuan itu, dia pandai membuatku cemburu yah.. dengan kata lain, dia pandai membuat hatiku sakit. Bagaiman jika Ayah mengetahui ceritaku ini? Aku yakin Ayah tidak akan memberikan penilaian buruk padanya, justru Ayah akan menyalahkan aku kenapa aku mengambil langkah yang salah dari awal.
Ayah pasti akan bilang kalau itu salahku karena memberikan hatiku untuk seseorang yang belum dihalalkan uuntukku. Sekarang aku terpuruk Ayah, maafkan aku. Aku membohongimu, aku mengecewakan Ayah. Aku durhaka!! Aku tidak bisa Ayah percaya, aku tidak bisa kau beri tanggung jawab. Kini fokus belajarku memiliki cabang yang sangat banyak, dan aku mengenyampingkan tanggung jawab yang Ayah beri. Aku durhaka pada Ayah dan Mamah. Aku berdosa telah menyakiti hati kalian jika kalian tahu hal ini. Semalam, aku mengirimi Ayah pesan SMS bukan? Di SMS itu aku meminta maaf pada Ayah, konsentrasi ku terbagi karena aku memikirkan seorang laki-laki. Baru kali ini aku bisa jujur dan mengakui kesalahanku pada Ayah. Tetapi Ayah tidak membalas pesanku, padahal aku menunggu balasan Ayah, setidaknya aku jadi tenang dengan Ayah membalasnya. Sampai sekarang aku jadi berpikiran macam-macam tentang Ayah, aku berpikiran apakah Ayah kecewa, Ayah marah, atau Ayah tidak mau tau dengan segala alasanku? Aku masih memegang janjiku Ayah, setelah ini, aku berjanji untuk tidak mempedulikan sesuatu yang bisa menghancurkan masa depanku. Aku tidak akan mempedulikan laki-laki yang sering membuatku menangis, aku tidak akan memikirkan perasaan di hatiku, aku tidak akan peduli lagi dengan rasa sakit yang aku rasakan karena ada perempuan lain di hati laki-laki yang sangat aku cintai.
Dengan begini aku sadar Ayah, selama ini aku melakukan kesalahan besar. Seharusnya aku tidak sembarang memberikan hati pada laki-laki, dan akhirnya aku rapuh dibuatnya. Ayah jangan khawatir, aku akan berusaha untuk bangkit dan kembali pada wujud diriku yang dulu. Aku tidak akan melulu menangisi sesuatu yang akan mengacaukan cita-cita yang sudah aku bangun untuk membahagiakan Ayah, Mamah, Adik dan keluarga besar. Kalianlah tujuan terbesarku, tanpa pengorbanan Mamah melahirkan aku dengan kelahiran yang “ekstrem”, Mamah mengerahkan tenaga dan nyawa Mamah untuk melahirkanku. 14 Mei nanti adalah hari perjuanganmu untuk 20 tahun yang lalu Mah, dan akan aku ingat sampai aku mati. Kelahiran yang tak biasa dialami oleh ibu-ibu, dan Mamah menunjukkan bahwa Mamah wanita yang hebat. Ayah yang banting tulang untuk menghidupi keluarga dan demi membahagiakan kami, apapun Ayah lakukan. Aku mendengar cerita beberapa orang tentang Ayah dan Mamah di waktu kelahiranku. Ayah mengalami kecelakaan dan Mamah berjuang demi aku terlahir di dunia ini, di waktu yang bersamaan kalian mengalami kesakitan yang luar biasa, dan itu semua karena aku. Begitu istimewanya pahlawan hidupku. Aku harus bisa seperti kalian. Meski tak bisa aku membalasnya dengan hal yang sama untuk kalian, aku akan lakukan hal yang sama untuk anak-anakku nanti Ayah, Mamah. Do’akan aku, semoga aku bisa setangguh kalian berdua. Aku akan melupakan semua kesakitan dalam hatiku demi kalian. Maafkan aku Ayah, Mamah.. Dia adalah bagian terkecil sebelum halal menjadi bagian dalam hidupku. Allah Yang Maha Cinta, Dialah yang berkuasa atas hati dan perasaan manusia. Aku percaya, apapun yang datang dari Allah adalah yang terbaik untukku dan untuk dia. Jika memang berjodoh, Allah tidak akan memberikannya pada orang lain. Allah sudah memplotkan rezeki setiap manusia. Mas Rosyid, aku mencintaimu. Tapi aku tidak akan memaksamu untuk bertahan jika kamu merasa tidak mampu. Aku, dengan kerendahan hati, dan penuh ikhlas akan melepasmu.Semoga kita dipertemukan lagi, atas kehendak Allah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar