Jumat, 19 Desember 2014
Cara mengembalikan dokumen pekerjaan yang hilang di word 2013
tugas mu hilang? laporan penelitian/observasi yang barusan dikerjain hilang tiba-tiba? belum disimpan? ini nih cara nyarinya
Mengedit dokumen PDF menggunakan Ms. Word 2013
versi PDF bisa diubah ke Microsoft Word?? bissa dongg.. biasanya kan ada tuh tulisan di PDF yang nggak bisa di-copy paste, biasanya sih yang ada tulisannya (secured) atau dikunci atau "read only". Apalagi kalau PDF itu kan ngga bisa diedit, ini nih caranya buat ngedit versi PDF melalui Ms. Word 2013, Cekidooot
Langkah mudah membuat Blog
gampang banget kalo kita mau bikin blog, sebenernya cari di internet juga banyak banget. tinggal ketik "cara membuat Blog" pasti bakal banyak banget yang nongol. Nhah ini gue bantu nge-share. hehehe
Senin, 15 Desember 2014
Minggu, 14 Desember 2014
KPOP : favorit atau fanatik ?
Lee Min Ho,
Kim Hyun Joong, Hyun Bin, Shin Min Ah atau Super Junior, Girls Generation, SNSD, Coba kalian menyebutkan nama-nama tenar ini pada para
penggemar K-Pop. Pasti ekspresi
heboh mereka akan keluar. Lalu coba kita
tanya tentang masing-masing karakter tersebut pada mereka. Bisa dipastikan para
penggemar K-Pop akan dengan lancar bagai air mengalir dengan derasnya menceritakan idola-idolanya itu.
Mulai dari film yang pernah dimainkan, makanan yang disukai, kekasih, tanggal kelahirannya, warna favoritnya, hingga hal-hal yang
menyangkut kehidupan pribadi lainnya. Hal-hal
berbau K-Pop yang sedang marak di tanah air memang membuat sebagian remaja
terbius oleh pesona para aktor maupun musisinya. Bahkan sedikit-sedikit mereka terkadang ikut menirukan aksen
berbicara, gaya pakaian, maupun bahasa artis idola mereka.
Sebagai
orang yang hanya menjadi penikmat wajah tampan dan cantik
artis-artis Korea, tentunya saya tetap memiliki apresiasi sendiri bagi
teman-teman yang sampai tergila-gila dengan everything
about Korea. Contoh yang paling dekat saja, teman kos
saya yang bernama yuyun (nama samaran). Ia mahasiswa UNNES jurusan Akuntansi semester 6. Awalnya
dia hanya sekedar suka dengan film-film Korea dan lagu-lagu dari boyband maupun
girlbandnya. Tapi ternyata virus K-Pop terlanjur menginfeksi dirinya hingga
masuk ke pembuluh darah di otaknya. Akhirnya dia jadi makin menggilai dari hari ke
hari dengan K-Pop.
Bukan hanya itu, setiap hari dua teman kuliahnya datang ke kost, dan
saya sebagai penghuni kost sering menyebutnya “over K-Pop”. Setiap hari
mereka punya jadwal khusus menonton film Korea, belajar pun harus ditemani
musik-musik Korea, browsing sana sini untuk cari tahu hal-hal yang berbau
Korea, sampai-sampai mereka pun punya resolusi untuk pergi melancong ke Korea
suatu hari nanti. Lebih parahnya adalah mereka bertiga ini tercatat sebagai mahasiswa Akuntansi. Namun, yang saya lihat ketika Nurul dan dua
temannya berada di kost, yang mereka kerjakan hanyalah mendengarkan musik,
berjoged, dan menyanyi menirukan gaya penyanyi aslinya sambil melihat video di
laptop. Seperti kesibukan rutin yang harus mereka lakukan setiap hariya selepas
kuliah.
Saking
gilanya mereka pada K-Pop, bahasa Korea pun ikut mereka lahap untuk dipelajari.
Mulai dari belajar otodidak melalui teks-teks di film, Apalagi di dinding kamar
kostnya rasanya hampir tak muat karena begitu banyaknya tempelan tulisan
berbahasa Korea. Secara tak langsung K-Pop membuat mereka ingin tahu, ingin
belajar, dan ingin menguasai bahasa Korea.
Teriak-teriak sendiri saat melihat foto terbaru
artis k-pop, orang yang terkena virus k-pop sering sekali histeris ketika melihat foto-foto
terbaru artis kpop apalagi biasanya tidak hanya itu, mereka juga sering
menjadikannya picprofil.
Mendengarkan lagu-lagu kpop sebelum tidur selain melihat poster sebelum tidur, mendengarkan
lagu-lagu kpop sebelum tidurpun menjadi ritual yang wajib dilaksanakan. Menjadikan foto idola k-pop di desktop background. Yang dimaksudkan budaya korea disini bukanlah budaya tradisional
dari korea akan tetapi lebih mengacu kepada Kpop atau Hallyu yang sedang
hangat-hangat nya menjadi bahan pembicaraan khususnya di kalangan remaja di
Indonesia.
Efek ini
tentunya cukup bagus karena mereka tak hanya menjadi penikmat pasif seperti
saya, tetapi juga mau aktif memahami dan mempelajari bahasa Korea. Salut buat
mereka para penggemar K-Pop yang tak hanya bisa berteriak-teriak histeris saat
melihat idolanya tetapi juga mau menyempatkan diri untuk belajar bahasa Korea
dan budaya Korea. Sudah bukan jamannya memang untuk sekedar jadi penikmat
pasif. Demam artis maupun film atau musik apapun, sebaiknya kita juga harus
jadi penggemar yang cerdas. Tak hanya asal menyerap, tapi juga menyaring
ilmunya. Apalagi saat ini untuk mempelajari bahasa asing seperti Korea juga
banyak aksesnya.
Field Note Sederhana
Senin, 31 Maret 2014
Siang
hari yang cukup panas, sekitar jam 10.00 dengan membawa tas jinjing yang cukup
besar dan menggendong tas ransel, saya berangkat ke kampus untuk berkumpul
dengan rombongan yang akan melakukan kajian lapangan masyarakat dan kebudayaan
pada suku Tengger di Bromo, Jawa Timur. Di tempat parkir C7 semua rombongan
berkumpul, kami dikumpulkan sesuai kelompok observasi nantinya. Sebelum kami
berangkat dibagikan label yang berisi nama kami untuk digantungkan pada tas
yang akan ditaruh pada bagasi. Sebenarnya jadwal keberangkatan kami pukul
12.00, tetapi kami butuh persiapan dan pembekalan untuk mematangkan kepergian
kami ke luar provinsi agar tidak ada yang tertinggal. Pukul 12.00 bus yang akan
mengantarkan kami ke Bromo akhirnya datang, kami pun bersiap-siap memasukkan
barang bawaan kami ke dalam bus. Setelah persiapan selesai, kamipun berangkat
pukul 13.00 dari kampus UNNES menuju Bromo.
Selasa, 1 April 2014
Perjalanan
panjang yang memakan waktu 12-13 jam di perjalanan, akhirnya kami sampai di
pemberhentian pertama pukul 02.00, yaitu di terminal Sukapura. Disinilah kami
harus berpindah kendaraan, menggunakan mobil jeep agar dapat sampai ke
pananjakan 1 yang menjadi tujuan pertama saat kami tiba di Bromo untuk melihat
sunrise. Sekitar satu jam perjalanan untuk sampai ke pananjakan 1. Kata pak
Handoyo, sopir jeep yang mengantarkan saya dan teman-teman, suhu di pananjakan
waktu itu mencapai 8 derajat celcius, sehingga saya harus memakai atribut
lengkap untuk menghangatkan tubuh, jaket tebal, kaos tangan, tutup kepala,
bahkan saya sampai menyewa jaket gunung karena tidak tahan dengan dinginnya
udara disana, mengingat kondisi tubuh saya yang waktu itu sedang sakit flu. Pak
Handoyo adalah penduduk asli Tengger, seorang petani kentang yang juga bekerja
dengan menggunakan mobil jeepnya untuk mengantarkan wisatawan. Sambil menikmati
perjalan yang waktu itu masih gelap dan semilir dinginnya angin menyusup dari
sela-sela jendela mobil, saya dan kelima teman saya mengobrol dengan Pak
Handoyo. Beliau sangat welcome, baik,
dan humoris. Sedikit banyak saya memperoleh informasi mengenai masyarakat
Tengger dari Pak Handoyo tentang perekonomian disana, sesuai dengan topic yang
saya dapatkan dalam observasi. Pada masyarakat Tengger sendiri, mereka bekerja
sebagai petani, menggarap lahan pertanian yang ditanami kentang, kubis, cabai, ada juga jamur, dan
itu menjadi komoditas unggulan di Tengger itu sendiri. Selain bertani,
masyarakat Tengger yang mempunyai mobil Jeep memanfaatkannya untuk memperoleh
pendapatan, dengan menggunakan mobil jeep untuk mengantar wisatawan berwisata
di Bromo. Para sopir jeep ini tergabung dalam paguyuban jeep club, yang di
Bromo sendiri terdapat tiga paguyuban. Pak Handoyo bergabung dengan paguyuban
Sumber Makmur bersama 24 mobil jeep lainnya yang mengantarkan romobongan kami.
Selain itu, masyarakat yang mempunyai kuda, menggunakan kudanya untuk disewakan
kepada wisatawan di lautan pasir, sebagai pekerjaan sampingan ketika mereka
tidak pergi bertani. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan keduanya bisa
dikatakan besar, wisatawan harus membayar sekitar Rp. 400.000,00 untuk dapat
diantarkan menggunakan mobil jeep yang berisi 6 orang penumpang. Sedangkan
penyewaan kuda, mencapai Rp. 250.000,00 untuk wisatawan asing dan Rp.
150.000,00 untuk wisatawan domestik, pastinya masih ada tawar menawar antara
penyedia jasa dan pengguna jasa tersebut. Setelah berbincang-bincang cukup
lama, sampailah kami di pananjakan 1. Pananjakan ini adalah sebuah gardu
pandang tertinggi dibandingkan dengan 2 gardu pandang lainnya dimana kami dapat
melihat pemandangan dan matahari terbit dari atas sana, dari sini kami juga
dapat melihat kawah Bromo.
Sekitar
pukul 05.30 saya beserta rombongan turun menuju lautan pasir yang berdekatan
dengan kawah Bromo, dalam perjalanan saya dan kelima teman saya berhenti
ditengah jalan, dan pak Handoyo memetikkan bunga edelweiss yang tumbuh di
tebing-tebing untuk kami. Setelah itu, kami menuju lautan pasir. Disana cukup
ramai, berjejer puluhan mobil jeep dan kuda-kuda yang siap mengantarkan kami
sampai dibawah tangga naik ke kawah Bromo. Saya dan teman-teman memilih untuk
berjalan kaki sembari menikmati sejuknya udara dan berfoto ria dengan background pemandangan yang cantik,
lautan pasir yang berada di daerah tinggi dikelilingi bukit-bukit tinggi. Tapi
untuk kembali ke lautan pasir setelah naik melihat kawah Bromo, saya dan kelima
teman saya memutuskan untuk menunggangi kuda karena kami sudah merasa kelelahan
untuk berjalan jauh. Awalnya para penyewa kua menawarkan harga Rp. 75.000,00
untuk mengantarkan kami kembali ke pangkalan jeep-jeep, namun setelah ditawar,
akhirnya dengan mengeluarkan uang Rp. 25.000,00 kami bisa menunggangi kuda
tanpa kelelahan berjalan kaki sampai ke mobil jeep milik pak Handoyo. Pak
Sutikno, pemilik kuda yang saya tunggangi, menuntun kuda yang saya perkirakan
satu kilometer jauhnya sampai ke pangkalan jeep, melakukan pekerjaannya setiap
hari sampai jam 10.00, penumpang yang didapatpun tak seberapa, hanya 1 atau 2
orang, jika sedang ramai mencapai 8 orang. Sebelum turun dari kuda, saya
sempatkan untuk mengambil gambar sebagai kenang-kenangan. Di lautan pasir ini
saya dan kelima teman saya diperkenalkan dengan keponakan pak Handoyo yang juga
sebagai sopir jeep, namanya mas Agung. Dia beberapa tahun lebih tua dari kami,
namun dia tidak melanjutkan pendidikan dan memilih membantu pekerjaan orang tuanya.
Tidak terlalu lama, saya dan kelima teman saya masuk ke dalam jeep dan
melanjutkan perjalanan ke desa Ngadas yang menjadi lokasi observasi kami juga
tempat menginap malam itu. Pak Handoyo yang sangat baik, mengajak kami ke
tempat wisata disebelah lautan pasir, yaitu di pasir berbisik. Padahal
teman-teman rombongan saya tidak ada yang pergi kesana, karena memang tidak
diagendakan. Tetapi kebaikan pak Handoyo yang ingin membuat kami bahagia
berwisata ke Bromo, kami menyempatkan ke pasir berbisik sebentar sekedar untuk
berfoto-foto, setelah itu kami menuju ke desa Ngadas.
Pukul
08.45 kami sampai di balai desa Ngadas, disinilah kami berpisah dengan pak
Handoyo dan mengucapkan banyak terimakasih atas kebaikan beliau dalam
mengantarkan kami. Setelah makan pagi, kami diminta untuk segera mencari tempat
menginap yang telah disediakan. Dalam satu rumah (homestay), saya tinggal
bersama tujuh teman saya, homestay kami berada di desa wonokerto, desa sebelah
desa Ngadas. Kami diberi waktu untuk istirahat sampai pukul 10.20 dan kegiatan
selanjutnya adalah sarasehan bersama kepala desa dan tokoh adat desa Ngadas. Di
homestay, kami manfaatkan untuk istirahat sebentar dan membersihkan diri
setelah sehari semalam kami berada di perjalanan. Aktivitas yang cukup melelahkan,
apalagi kegiatan inti kami belum terlaksana. Setelah menunggu cukup lama, pukul
11.40 akhirnya acara sarasehan dimulai dengan tokoh adat ini memakai pakaian
adat khas suku tengger tutup kepala seperti ikat kepala dan atasan warna hitam
seperti yang dipakai-pakai sebagai pemuka adat pada umumnya,dengan di
moderatori bapak Mulyono masyarakat desa setempat, disusul bapak Sumarto
sebagai kepala desa Ngadas atau pimpinan di desa Ngadas dan Bapak Sasmito
selaku dukun Pandita atau seseorang yang disucikan sekaligus yang melaksanakan
upacara-upacara adat dan kenegaraan,untuk menjadi seorang dukun jabatan yang
diperoleh tidak turun temurun melainkan melalui proses dan ritual khusus.
Upacara mulunen (untuk mengetes dukun apakah dukun mendapat wahyu sakyaradi
atau tidak), pada saat upacara kasada di tes siapa yang lancar menghafal
mantra,sedangkan pendidikan minimal SMA dengan maksud paling tidak sudah
mengetahui filsafat-filsafat tentang tengger. Ada dukun Sepuh dan Legen yaitu
sebagai asisten serta dukun Sunat yaitu proses kedewasaan,apabila ingin menjadi
dukun harus disunat terlebih dahulu oleh dukun kemudian dilanjutkan proses
medis.
Setelah
acara sarasehan selesai, sekitar pukul 13.30 kami makan siang bersama dan
melaksanakan shalat dzuhur, dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu observasi.
Waktu yang sering terulur membuat kegiatan observasi yang dilakukan semakin
sore, jam 15.00 saya dan teman-teman kelompok saya mulai melakukan observasi.
Sebelumnya kami dibagi menjadi 2 sub kelompok, agar data yang kami peroleh
lebih banyak. Saya dengan kedua teman saya mendapatkan dua orang informan, yang
pertama panggil saja pak Dayatna, sebenarnya nama aslinya adalah pak Slamet,
namun karena saking banyaknya nama Slamet di desa Ngadas, akhirnya penduduk
sekitar sering memanggil dengan nama pak Dayatna. Beliau berusia hampir 80
tahun, bekerja sebagai petani bawang dengan lahan kecil di dekat rumahnya.
Ketika kami menghampiri, beliau sedang menyirami tanaman bawangnya dan beliau
menghentikan pekerjaannya ketika kami mencoba mengajaknya bicara. Beliau
menceritakan pasang surutnya pendapatan yang ia peroleh, apalagi tanaman yang
ia tanam hanyalah bawang. Menurutnya, dengan menanam bawang tidak banyak biaya
yang harus dikeluarkan untuk membelikan obat dan merawat bawang-bawangnya, jadi
hasil yang diperoleh bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan penghasilan dari panen bawang itu sudah bisa mencukupi kebutuhan
hidupnya sehari-hari, walaupun harus menunggu hasil panen selama tiga bulan.
Terkadang pak Dayatna juga menggarap lahan milik orang lain sambil menunggu
hasil panen bawangnya. Beliau pekerja yang tekun meskipun dilihat tubuhnya
semakin lemah dan usianya yang sudah tua sebagai seorang yang bekerja di
lapangan, tetapi ia giat dan menekuni pekerjaannya sebagai petani bawang. Tak
banyak informasi yang kami dapat dari pak Dayatna, akhirnya kami melanjutkan
perjalanan di sekitar desa untuk mendapatkan informan selanjutnya. Di tengah
perjalanan kami berhenti melihat di samping kiri kami ada sebuah rumah dari
pagar kayu yang didalamnya terdapat susun-susun seperti rak tapi besar,
ternyata itu adalah ruangan budidaya jamur. Kami tertarik untuk mencari tahu
mengapa disini masyarakat juga menanam jamur, di dekat situ ada seorang ibu-ibu
paruh baya yang sedang mencuci, dan kami bertanya kepadanya siapa pemilik
budidaya jamur tersebut, katanya pak Joko dan Ibu Suwarmi. Ibu-ibu tadi
menunjukkan rumah pak Joko, dan kami mencoba untuk mengunjungi rumah beliau.
Waktu itu rumah pak Joko sedang direnovasi, dan di belakang rumah pak Joko
sedang membantu tukangnya. Ketika kami mengetuk pintu dan mengucap salam,
seorang laki-laki dari dalam rumah membukakan pintu, dialah pak Joko. Disana
kami disambut baik, meskipun kami kelihatannya mengganggu namun pak Joko
menerima kedatangan kami dengan senang hati, itulah yang terlihat dari wajah pak Joko. Kami menanyakan beberapa hal
mengenai budidaya jamur yang ia jalankan. Katanya, ia menjalankan bisnis
budidaya jamur ini sejak terjadi erupsi Bromo pada tahun 2010, karena erupsi
tersebut mengakibatkan tanah pertanian menjadi tandus dan diselimuti abu, para
petani khawatir jika hasil pertaniannya gagal akibat bencana itu. Para petani
berfikir bagaimana jalan alternatifnya agar mereka dapat memperoleh hasil dari
bercocok tanam, akhirnya mereka memiliki sebuah terobosan, tanaman yang dapat
ditanam di dalam ruangan sehingga tidak terkena abu erupsi tadi, dari situlah
para petani disana membudidayakan jamur sampai sekarang ini. Awalnya mereka
pikir dengan adanya erupsi Bromo, tanaman pertanian akan mengalami gagal panen,
tetapi ternyata tidak. Hasil panen pertanian mereka tetap baik dan hasil
budidaya jamur juga baik sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar, dalam artian erupsi Bromo tidak merusak hasil pertanian
masyarakat pada waktu itu. Tetapi dijelaskan oleh pak Joko, saat ini pemilik
budidaya jamur sudah mulai berkurang, karena hasil yang diperoleh tidak
mencukupi kebutuhan hidup. Menurut beliau, yang menjadi faktor pendapatan
budidaya jamur ini sedikit bukan karena harga jamur yang murah, tetapi hasil
dari memanen jamur ini mereka gunakan untuk membayar hutang di bank-bank.
Karena pada awalnya untuk memulai budidaya jamur masyarakat meminjam uang di
bank. Faktor lainnya adalah pengetahuan masyarakat mengenai usaha dan budidaya
jamur yang masih minim, sehingga menimbulkan rasa putus asa ketika budidaya
jamur ini mengalami kegagalan. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih
melanjutkan usaha budidaya jamur disana.
Malam
yang begitu dingin sampai menusuk tulang, kami berkumpul dibalai desa untuk
mempresentasikan hasil observasi “mentah” yang kami peroleh di lapangan sore
tadi. Tidak banyak yang kami sampaikan, hanya segelintir data namun sudah bisa kami
paparkan di depan bapak ibu dosen pembimbing. Teman-teman kelompok lainpun juga
begitu, karena memang data yang diminta hanyalah data yang kami dapatkan pada
observasi hari pertama ini. Diskusi berlangsung hingga pukul 24.00, mata yang
sudah mulai sayu, terlihat wajah-wajah lelah dan mengantuk, tetapi kami
berusaha untuk tetap mengikuti kegiatan diskusi ini hingga berakhir. Setelah
diskusi selesai, kami langsung kembali ke homestay
masing-masing dan beristirahat.
Rabu, 2 April 2014
(observasi hari kedua)
Pukul
05.00 saya dan teman-teman sudah bangun untuk bersiap-siap melakukan observasi
pada hari kedua, pukul 07.00 kami sudah keluar dari homestay dengan membawa semua barang bawaan kami karena kami harus check out dan memasukkan barang bawaan
kami ke mobil shuttle. Setelah itu kami sarapan pagi dilanjutkan observasi.
Kali ini kami diberi waktu sampai pukul 10.00 karena selanjutnya kami akan
melanjutkan perjalanan ke Malang untuk wisata. Pagi itu, suasana desa sangat
sepi. Masyarakat sudah banyak yang pergi ke ladang, dan yang tidak berladang
mereka berada didalam rumah, sehingga desa ini terasa kosong tak berpenghuni.
Namun dekat dari situ ada sebuah rame yang kelihatannya sedang memiliki hajat,
ramai orang-orang berdatangan. Sambil berjalan-jalan mengamati sekitar kami dan
mencari informan yang dapat kami peroleh informasinya, akhirnya saya bersama keempat
teman saya mendapatkan seorang informan, tetapi ia bukanlah penduduk asli kaki
gunung Bromo. Ia berasal dari Malang, suaminya yang merupakan penduduk asli
Tengger. Dilihat suaminya sedang sibuk memperbaiki rumah, saya dan teman-teman
berniat mewawancarai ibu tadi. Bu Yati seorang ibu rumah tangga yang mempunyai
seorang anak perempuan, tinggal bersama ibu mertua. Terkadang ia bekerja di
ladang untuk membantu suaminya, tanaman yang ditanam ialah cabai. Tidak banyak
yang kami peroleh dari Bu Yati, dalam konteks ekonomi di desa Ngadas ini
dulunya ada program yang dicanangkan oleh PKK dalam pemberdayaan wanita di desa
Ngadas, untuk mendapat penghasilan tambahan, ibu-ibu di desa Ngadas ini membuat
makanan ringan dari kentang untuk dipasarkan, seperti keripik dan makanan
kering lainnya. Namun sudah lama program ini tidak berjalan lagi, entah mengapa
masyarakat sudah tidak mau melanjutkan usaha ini padahal bisa membantu dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Jam
sudah menunjukkan pukul 09.00, kami kembali ke balai desa untuk beristirahat,
teman-teman kami sudah banyak yang kembali ke balai desa. Sebelum acara
pelepasan dan pamitan dengan kepala desa, saya dan rombongan berfoto dengan
kelompok kami masing-masing. Setelah bapak kepala desa datang, kami langsung
masuk aula balai desa dan berpamitan dengan petinggi di desa Ngadas tersebut.
Sekitar pukul 11.00 kami melanjutkan perjalanan ke Malang untuk wisata disana, dan
menginap di Hotel untuk semalam.
Senin, 24 November 2014
PERAN GANDA WANITA : KARIER vs IBU RUMAH TANGGA
Wahyu Nur Mahya
3401413116
Sosiologi dan Antropologi
UNNES
PERAN GANDA WANITA : KARIER vs IBU RUMAH TANGGA
BAB IPENDAHULUAN
Latar belakang
Modernisasi yang terjadi kini
menyentuh aspek keluarga, sehingga telah terjadi berbagai perubahan fungsi
keluarga sebagai akibat proses modernisasi. Di era globalisasi ini, perempuan
tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal
tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan
tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi
dan sosial. Seiring dengan abad kesejagadan ini, nampaknya kondisi tersebut
sangat mungkin memberikan pengaruh yang sedemikian kompleks dan
lebih dinamis terhadap perubahan di segala bidang , sehingga harus
menggeser sebagaian peran orangtua, yaitu dengan
mengalihkan peran dari kaum lelaki kepada kaum
wanita dalam keluarganya, sekalipun pada zaman sebelumnya kondisi itu
cukup menjadi perbedaan pendapat di antara kedua orangtua terkait. Terjadinya
peristiwa yang dimaksud nampaknya lebih berkaitan dengan pentingnya tuntutan
pemenuhan kebutuhan ekonomi, menguntungkan, berharga, dan berguna
dalam menjaga martabatnya. Secara finansial , kondisi sedemikian
jelas menguntungkan dan tidak perlu dipersoalkan . Adapun yang menjadi
persoalan jikalau pihak ayah tidak bekerja ( Wahab dan Solehuddin, 1999).
Peran mencari nafkah tidak saja untuk memenuhi
kebutuhan bersama dalam rumahtangganya, tetapi juga lebih memiliki
harga diri serta hidup yang bermanfaat ( Wolfman,1994). Mereka hidup sama- sama
sibuk. Pada zaman dahulu biasanya ayah berperan sebagai pencari
nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, namun
sekarang banyak diantara keluarga terutama di kota- kota yang tidak lagi
seperti itu. Fenomena perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga akibat
modernisasi ini merupakan hal yang hendak diangkat dalam tulisan ini.
Seorang perempuan Indonesia masih
kerap dilanda kebingungan antara memilih untuk hanya menjadi ibu rumah tangga
saja atau ikut masuk ke dalam dunia karir. Di Indonesia sendiri, wanita yang
lebih menyibukkan diri di dunia karir kadang masih dianggap sebelah mata.
Terlebih masih banyak wanita yang tidak bisa mendapat posisi tertinggi di dalam
sebuah perusahaan hanya karena ia wanita. Sebenarnya tidak ada paksaan seorang
wanita Indonesia harus menjadi apa dan bagaimana. Satu hal yang perlu digaris
bawahi adalah bahwa seorang wanita Indonesia sebaiknya bisa menjadi sosok yang
tidak hanya reproduktif tetapi juga produktif dan sosial.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah...
Untuk
mempermudah dan membantu jalannya penulisan, maka tulisan ini berangkat dari
beberapa pertanyaan:
1. ......................
2. ........................
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk .............
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini.
Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Wilbert E Moore yang menyebutkan
modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti
teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang
stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi,
suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi mungkin
merupakan persoalan menarik yang dewasa ini merupakan gejala umum di dunia ini.
Kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini terkait pada jaringan modernisasi,
baik yang baru memasukinya, maupun yang sedang meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis, modernisasi
merupakan suatu perubahan proses yang menuju pada tipe sistem -sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa barat dan Amerika Utara
pada abad ke-17 sampai abad ke-19 (Soekanto, 2006: 302). Negara-negara atau
masyarakat moderen pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang
dari aneka warna masyarakat tradisional ataupun masyarakat pramodern. Di Eropa Barat masyarakat
tradisional berwujud sebagai negara-negara absolut dengan pusat-pusat perkotaan
yang kuat, ketika etika Eropa Timur lebih dikenal dengan ciri otokratisnya,
sedangkan kebanyakan masyarakat di Asia dan Afrika berwujud kerajaan yang
didasarkan pada ikatan tradisi dan ikatan darah yang sangat kuat.
Namun demikian semuanya telah mengalami modernisasi dan berbagai negara tersebut di atas mengalami persoalan yang berbeda namun dalam menghadapi modernisasi tersebut sesuai dengan hukum situasi, dan pasti ada unsur-unsur yang sama yang berlaku secara universal.
Namun demikian semuanya telah mengalami modernisasi dan berbagai negara tersebut di atas mengalami persoalan yang berbeda namun dalam menghadapi modernisasi tersebut sesuai dengan hukum situasi, dan pasti ada unsur-unsur yang sama yang berlaku secara universal.
Peran
perempuan sebenarnya
Peranan perempuan dalam keluarga
adalah tergantung dari fungsi perempuan dalam keluarga itu sendiri. Perempuan
bisa berfungsi sebagai anak, Ibu, menantu, mertua, adik, kakak dan istri,
seperti yang sudah disebutkan diatas tadi.
Perempuan sebagai anak dalam
keluarga, biasanya akan mulai mempelajari peranannya sebagai calon ibu dan
istri ketika ia melihat bagaimana ibunya menjalankan fungsinya sebagai ibu dan
istri.
Banyak hal yang bisa dipelajari
oleh anak perempuan ini, secara praktisnya mungkin dengan ikut menjalankan
kewajiban-kewajiban ibunya di dalam mengatur kebersihan rumah, di dalam
memasak, dan lain-lainnya. Bila ibunya adalah perempuan bekerja, mungkin bisa
mempelajari bagaimana cara mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Perempuan sebagai ibu dalam
keluarga, idealnya menjadikan dirinya teladan yang bisa dicontoh anak
perempuannya dalam segala hal yang dilakukannya di dalam urusan rumah tangga.
Perempuan sebagai menantu dalam
keluarga, idealnya menjadikan keluarga suaminya sebagai keluarga kedua, dan
memperlakukan kedua keluarga dengan sama baiknya, karena bila kita menikah,
kita menikah tidak hanya dengan orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan
keluarganya. Ibunya adalah ibu kita juga, ayahnya adalah ayah kita juga.
Perempuan sebagai mertua di dalam
keluarga, idealnya harus bisa menyadari bahwa ia sudah “diluar” kehidupan
anaknya, dan berfungsi hanya sebagai penasehat dan bukan yang ikut menentukan
jalan pernikahan anaknya. Mertua yang baik adalah yang mendukung pernikahan
anaknya di dalam doa serta memberikan bantuan nasehat, dan lainnya bila
diperlukan.
Perempuan sebagai adik / kakak
dalam keluarga, berperan sebagai saudara yang saling memperhatikan , saling
mendukung dan saling menghargai sebagai sebuah keluarga.
Perempuan sebagai istri dalam
keluarga, berperan sebagai penolong, teman hidup pasangannya di kala suka dan
duka. Melayani suami bisa disebut hak kita sebagai istri, bisa juga disebut
sebagai kewajiban kita sebagai istri. Istri juga adalah teman berbagi dan teman
untuk mendiskusikan segala sesuatunya sebelum keputusan diambil oleh suami
sebagai kepala rumah tangga.
Perempuan sebagai istri juga harus tunduk dan taat
kepada suami dengan sikap hati yang benar. Artinya, sebagai istri mungkin
pendapat kita kadang berbeda, tetapi bila keputusan sudah diambil kita harus
mendukung keputusan tersebut, karena di sebuah kapal hanya ada satu nahkoda dan
di dalam pernikahan hanya ada satu kepala keluarga.
Peran sebagai wanita karir
Diantara banyak sebab wanita memutuskan untuk
berkarier adalah karena beberapa hal, seperti:
- Wanita single parent, memandang karier sebagai kebutuhan yang harus dilakoni untuk menafkahi hidupnya dan anak-anak.
- Pendapatan yang diterima suami atau calon pasangan masih minim sehingga wanita merasa perlu berkarier untuk membantu meringankan beban suami atau calon pasangannya.
- Wanita yang menjadi penopang hidup keluarga besarnya akan memandang berkarier adalah pilihan yang harus diambil sehingga dia bisa mandiri memberikan materi kepada keluarga besarnya tanpa harus meminta kepada suami atau calon pasangan.
- Wanita yang sudah mapan kehidupan keluarganya memilih berkarier untuk menunjang kebutuhan hidupnya atau lifestyle.
Ketika pilihan jatuh pada berkarier maka yang harus
menjadi perhatian utama adalah anak khususnya anak yang masih kecil, jika anak
sudah mulai remaja akan membawa dampak positif yaitu membangun pribadi anak
yang mandiri tanpa bergantung pada orang tua, walaupun orang tua tetap harus
memberikan pengawasan.
Kunartinah (2003) Hall (1986)
karier diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan
pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Hall (1996) karier adalah
rangkaian dari sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang
berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang (Ivancevich et al.,
1989).
Sedangkan pengertian wanita
berkarier seperti yang disampikan Munandar (2001) wanita berkarier adalah
wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Dalam hal ini, wanita
karier mayoritas didukung oleh pendidikan yang tinggi sehingga statusnya dalam
pekerjaan juga tinggi.
Faktor Pendorong Wanita Bekerja
Beberapa faktor yang melandasi ibu
untuk bekerja di luar rumah diantaranya adalah (Puspitawati 2009):
1)
Kebutuhan finansial
2)
Kebutuhan sosial-rasional
3)
Kebutuhan aktualisasi diri
Faktor-faktor yang biasanya menjadi
sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan sebagai berikut
(Puspitawati 2009)
1)
Faktor Internal (persoalan yang timbul dalam diri pribadi ibu tersebut)
Stress
akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (lelah secara
psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri (kemampuan
manajemen waktu dan rumah rumah tangga merupakan kesulitan yang paling sering
dihadapi oleh para ibu bekerja), pekerjaan di kantor sangat berat, suami dan
anak-anak merasa “kurang dapat perhatian”.
2)
Faktor eksternal
a) Dukungan
suami. Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang
ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu menyelesaikan
pekerjaan rumahtangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan
moral dan emosional terhadap karier atau pekerjaan istrinya.
b)
Kehadiran anak
c)
Masalah pekerjaan
Peraturan kerja yang kaku, pimpinan
yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di
tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerjasama, waktu kerja yang sangat
panjang, ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problema
sosial-politis di tempat kerja.
3)
Faktor relasional
Kurangnya waktu interaksi suami dan
istri akibat sedikitnya waktu bersama dan berkomunikasi di rumah dapat
menyebabkan persoalan dalam rumah tangga.
BAB III
PEMBAHASAN
Mengatur keseimbangan waktu antara
rumah tangga dan pekerjaan juga menjadi salah satu tantangan terberat. Jika
seorang wanita sudah berkeluarga dan memiliki anak, pastinya ia harus lebih
jeli lagi dalam membagi dan mengatur waktu. Memainkan peran ganda, menjadi ibu
rumah tangga sekaligus wanita karir, bukanlah sesuatu yang mudah. Seorang
wanita Indonesia masih harus dituntut untuk memprioritaskan keluarga dan anak.
Namun, tanggung jawab kerja dan karir juga tak bisa diabaikan begitu saja. Tak
heran banyak wanita Indonesia yang rela melepaskan karir mereka agar bisa lebih
fokus dan konsentrasi pada keluarga mereka. Melepaskan karir demi keluarga
bukanlah sebuah keputusan yang salah karena sekali lagi pilihan hidup ada di
tangan masing-masing wanita Indonesia. Meskipun
banyak tantangan yang akan dihadapai wanita Indonesia, bukan berarti wanita
Indonesia tidak bisa menjadi seorang wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
Salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki oleh seorang wanita ialah ia mampu
mengatur dan mengorganisir segala sesuatu dengan jauh lebih baik. Wanita
Indonesia bisa membangun dan memotivasi orang–orang di sekitarnya. Bahkan
wanita karir yang memiliki jiwa keibuan (karena ia juga adalah seorang ibu
rumah tangga) bisa lebih baik dalam mengayomi para anggota dan anggota tim
kerja. Halangan biologis yang ada seperti menstruasi, hamil, hingga menyusui
pun jika bisa diatasi dengan baik malah akan menjadi kekuatan sendiri bagi
wanita Indonesia yang menjalani dua peran sekaligus: wanita karir dan ibu rumah
tangga.
Dampak Positif Wanita Karir
Terhadap kondisi ekonomi keluarga
Dalam kehidupan manusia kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan primer yang
dapat menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat tercipta
manakala kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik pula. Dengan
berkarir, seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang kemudian dapat
dimanfaatkan untuk menambah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar”
dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan keluarga yang
modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang semata-mata tergantung
pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan
penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin
bervariasi.
Sebagai Pengisi Waktu
Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai
teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita
dalam rumah tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang
menggunakan jasa pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di
rumah akan menjadi sangat berkurang. Hal ini bisa menyebabkan wanita memiliki
waktu luang yang sangat banyak dan seringkali membosankan. Maka untuk mengisi
kekosongan tersebut diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai
alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat
wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi
mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang
keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat
sebagai wanita yang aktif berkarya.
Peningkatan sumber daya manusia
Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya manusia
yang potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya pria bahka
wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang
makin kian pesat.
Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka
sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan
berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama,
nusa dan bangsanya.
Percaya diri dan lebih merawat penampilan
Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk
berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat. Dengan
berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga timbullah
kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha untuk memercantik diri dan
penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal ini akan menjadikan
kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat istrinya tampil prima di
depan para relasinya.
Dampak negatif Wanita Karir
Diantara dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
Terhadap Anak
Seorang wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah
seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh
terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan
rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu
terjadi maka sang Ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap
anak. Survey yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak
anak kecil yang menjadi korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi
apabila mereka memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.
Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal
yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari
kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap
anak-anaknya.
Terhadap Suami
Di kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu
kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju
serta dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang
rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi
hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami
memiliki masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat
berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan
menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini
tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan
untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu
dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang
sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin
menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman
kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena
kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga.
Kebanyakan suami yang istrinya berkarir merasa sedih dan sakit hati apabila
istrinya yang berkarir tidak ada di tengah-tengah keluarganya pada saat
keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan pada diri suami,
khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka selalu menunda kehamilan
dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir yang
tengah dirintis olehnya.
Terhadap Rumah Tangga
Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita karir
yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan
kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi apabila istri
tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah tangga, atau juga terlalu
sibuk dalam berkarir, sehingga segala urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk
mencapai keberhasilan karirnya, seringkali wanita menomorduakan tugas sebagai
ibu dan istri. Dengan demikian pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah
tangga tidak bisa dihindarkan lagi.
Terhadap Masyarakat
Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak
terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya,
seperti hal-hal berikut:
Dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di berbagai
sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena
lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang
sering kita lihat di pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari
kalangan wanita ketimbang pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah
dari pria, juga karena wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.
Kepercayaan diri yang berlebihan
dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka terlalu memilih-milih
dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat seorang wanita karir masih
hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga
bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk
menjadikan wanita karir sebagai istri mereka karena beberapa faktor; Seperti
pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang seringkali membuat pria
berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Sementara itu
dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para wanita karir ini -kemungkinan
karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu berkeluarga dan membina
rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya
anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat
diraih oleh wanita maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping
hidup.
Perempuan dan Peran Ganda
Perempuan berkeluarga yang berperan ganda sebagai
individu senantiasa menyesuaikan diri dengan komponen lingkungan tersebut
meskipun seringkali menghadapi tekanan dari lingkungannya. Ketika mendapatkan
tekanan dari lingkungan, perempuan akan melakukan adaptasi diri, yang berarti
mengubah diri sesuai keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan diri.
Peran ganda perempuan membawa dampak pada pergeseran
nilai dalam keluarga, berupa perubahan struktur fungsional dalam kehidupan
keluarga seperti pola penggunaan waktu dan kegiatan untuk keluarga, urusan
rumah tangga, pekerjaan, sosial ekonomi, pengembangan diri dan pemanfaatan
waktu luang.
Peran ganda yang dijalani perempuan membuat pola
interaksi dengan keluarga berlangsung timbal balik dan saling membutuhkan baik
ketika berada di dalam maupun di luar rumah. Adapun Pola pengelolaan pendapatan
dan pemanfaatan pendapatan keluarga didasarkan oleh tanggungjawab untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Peran ganda perempuan adalah sesuatu yang dapat
disimak, diobservasi, dan merupakan fenomena yang bersifat inter subyektif.
Peran ganda perempuan membawa konsekuensi pada terjadinya perubahan pranata
ataupun struktur sosial di dalam keluarga. Jika peran ganda perempuan
menyumbang stabilitas keluarga atau masyarakat, maka hal itu dinilai fungsional
dan disebut sebagai perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga.
Peran ganda perempuan berarti keterlibatan perempuan
secara aktif dalam suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pribadi
perempuan yang diorganisir berlandaskan kemampuan yang memadai, serta turut
serta memutuskan tujuan. Peran ganda perempuan merupakan perilaku dan tindakan
sosial yang diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.
Keterlibatan perempuan melakoni peran ganda tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti adanya motivasi,
keinginan yang kuat untuk mengaktualisasikan diri, adanya keyakinan dan
penilaian positif terhadap diri sendiri akan kemampuan untuk melakukan hal-hal
positif yang dapat membawa pada keberhasilan di masa yang akan datang.
Setiap perempuan sebagai pribadi memerlukan hubungan
dengan lingkungannya yang memotivasinya, merangsang perkembangannya atau
memberikan sesuatu yang ia butuhkan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
fisik, lingkungan psikis, serta lingkungan rohaniah yang dikandung oleh setiap
individu.
Perempuan, ketika melihat adanya peluang untuk
mengembangkan diri, dan mendapat dukungan dari lingkungan, akan berusaha
berprestasi atau berusaha untuk maju. Peluang ini akan membuka kesempatan bagi
perempuan berpindah strata. Kesempatan ini mendorong perempuan untuk maju
bersaing dan bekerja keras untuk beralih ke strata yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa peran wanita di era globalisasi ini telah berkembang menjadi
peran ganda. Peran ganda tersebut meliputi peran sebagai ibu rumah tangga dan
wanita karir. Peranan wanita sebagai wanita karir dapat dibagi menjadi 3, yakni
wanita tunggal dan tidak mempunyai anak, wanita bekerja menikah tanpa
anak dan wanita karir sebagai ib Peran ganda wanita juga menuai berbagai
pandangan dari masyarakat. Pandangan masyarakat mengenai peran ganda
wanita ada yang pro (setuju) dan kontra (tidak setuju).
Ada beberapa nilai tambah bagi para
ibu yang berperan sebagai pencari nafkah sejalan dengan pekerjaan yang
ditekuninya. Shaevitz (1993) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
(1) cukup banyak bukti yang menerangkan bahwa anak- anak yang ibunya bekerja
tidak lebih menderita atau lebih bahagia dibandingkan mereka yang ibunya
di rumah; (2) wanita bekerja ternyata cenderung memberikan waktunya untuk
berdua dengan anaknya, sama banyaknya dengan wanita yang di rumah saja;
(3) anak- anak yang ibunya bekerja cenderung punya cita- cita pendidikan yang
lebih tinggi
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah semoga makalah yang
menyajikan mengenai penjelasan peran ganda wanita dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca. Disarankan pula pada pembaca untuk memahami dan menelusuri
lebih jauh bahwa peran seorang wanita di era modern sekarang ini telah
berkembang, tidak hanya peran sebagai ibu rumahtangga, namun telah berkembang
menjadi peran sebagai wanita karir (bekerja).
DAFTAR PUSTAKA
Harun Fatmawati. 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
perempuan bekerja dan kesejahteraan keluarga.
Ihromi, T.O. (ed.). 1999. Bunga
Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Weiner, Myron. 1980. Modernisasi
Dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
TEORI NEO EVOLUSI KEBUDAYAAN (Teori Antropologi)
Kerangka-kerangka baru mengenai evolusi kebudayaaan disebut kerangka neo evolusionis. Kerangka-kerangka tersebut antara lain :
1. Kerangka Gordon Chile (Peristiwa Besar dalam Evolusi Kebudayaan)
Awal eksistensi manusia di muka bumi, evolusi kebudayaan didasarkan pada mata pencaharian berburu dan meramu berjalan sangat lambatdalam berates-ratus ribu tahun. Kemudian peristiwa besar terjadi sehingga menyebar dan mempengaruhi kebudayaan di permukaan bumi disebut cultural revolution. Revolution dimaksudkan sebagai peristiwa besar yang telah memberi arah perkembangan dan perubahan total mendasar kepada proses perkembangan kebudayaan manusia. Cultural Revolution di alami oleh tujuh manusia dimuka bumi, adalah Neolithic Revolution yang pada saat itu manusianya secara terpisah telah pandai bercocok tanam sehingga berubah dalam kehidupa masyarakat yang didasarkan pada sistem mata pencaharian food gathering ke food producting, hidupnya mulai menetap, waktu senggang digunakan untuk mengembangkan kerajinan, pertukangan dan kesenian. Perubahan kebudayaan yang sangat besar dengan adanya system pembagian kerja yang lebih terperinci. Kemudian terdapat konsepsi tentang “pekerjaan terpandang” dan “pekerjaan tidak terpandang”, maka timbullah golongan-golongan sosial (pelapisan sosial). Golongan-golongan sosial ada yang melepaskan diri dari pekerjaan petani dan menjadi undagi (tukang), pengrajin, seniman, pedagang, tentara, pendeta . mereka mulai hidup mengelompok di tempat tertentu yang disebut “kota”. Sehingga kebudayaan mereka mulai berubah dan disebut urban revolution. Kemudian disusul revolution in human knowledge yang ditandai telah adanya tulisan, pesatnya pengetahuan manusia yang digunakan untuk perbaikan dan kesejahteraan hidupnya. Namun Childe juga berpendapat bahwa revolusi kaum buruh menyebabkan munculnya masyarakat tanpa kelas karena telah adanya pengaruh difusi dari kebudayaan dan ada yang tidak mendapat pengaruh itu. Dapat disimpulkan menurut Childe, bahwa semua kebudayaan berkembang dari bentuk-bentuk yang sederhana menjadi bentuk-bentuk yang kompleks.
2. Kerangka Leslie White (Konsumsi Energi dalam Evolusi Kebudayaan)
Perkembangan kebudayaan manusia awalnya berlangsung lambat kemudian maju dengan pesat karena manusia dapat menguasai berbagai macam sumber energi yang semakin banyak dan intensif. Kemudian penemuan-penemuan sumber energy yang mencolok itu disebut cultural mutation. Yang pada awalnya manusia hidup dalam kesederhanaan dimana ia hanya mampu mempergunakan tenaga yang keluar dari organismenya sendiri (energy of human organism) dan dalam perkembangannya manusia telah mengenal api , tenaga angin dan air. Ketika manusia menemukan cara-cara untuk menggunakan hewan maka semakin maju dalam tekhnologinya dan mulai mengenal bercocok tanam. Proses evolusi kebudayaan tampak sewaktu menggunakan tenaga hewan. Akhirnya mutasi-mutasi kebudayaan yang terbaru, seperti penemuan cara-cara untuk menguasai energy angin, air, uap, listrik, dan atom, telah dan akan menyebabkan kemajuan sangat pesat dalam proses evolusi kebudayaan. Sehingga kemajuan kebudayaan di ukur secara relatif, mutlak dan eksak dengan merumuskan beberapa energi lain disamping energi manusia secara berasas-guna per kapita per tahun oleh sutau masyarakat atau kebudayaan. Menurut Steward, metode Leslie White untuk mengukur penggunaan energy untuk keperluan hidup manusia tetapi hanya dapat menerangkan mengapa suatu kebudayaan maju dan belum dapat memberi jawaban. Gordon Childe tidak banyak memberi keterangan mengenai perubahan kebudayaan-kebudayaan lain yang berada di luar tempat-tempat terjadinya peristiwa revolusi kebudayaan.
3. Metodologi Analisis Steward ( Evolusi Multilineal)
Steward pada dasarnya berpendirian bahwa tiap proses perkembangan kebudayaan manusia di dunia bersifat khas. Namun terdapat kesejajaran yang tampak dalam kebudayaan universal (primer) mulai dari sistemmata pencahrian hidup, organisasi sosial, dan sistem religi. Dan yang tidak primer seperti teknologi, system pengetahuan, dan kesenian tidak menampakkan evolusi yang sejajar. Metode ekologi budaya Julian Steward dibagi dua yaitu ada perkembangan-perkembangan, ada yang pasif yaitu lingkungan yang merupakan faktor internal. Jadi yang disebut inti kebudayaan yaitu suatu unsur kebudayaan, aspek subsistem yang perkembangan evolusinya sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam, baik berupa letak geografis, musim, iklim, SDA, termasuk di dalamnya pola-pola pemukiman. Perkembangan pola pemukiman yang menetap dan berpindah-pindah mengikuti aktifitas ekonomi masyarakat. Dapat disimpulkan secara singkat, bahwa Steward menjelaskan tingkat-tingkat evolusi dalam enam kebudayaan di dunia, yang didasarkan atas bahan prehistori yang konkret, atau multilinear evolution yaitu proses-proses perkembangan yang berjalan lambat dari kebudayaan-kebudayaan yang berlainan dan yang hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda, tetapi yang secara garis besar menunjukkan persamaan dalam proses-proses evolusi kebudayaan manusia dalam unsur-unsur primernya, tetapi menunjukkan perbedaan besar dalam unsur-unsur sekundernya.
Langganan:
Postingan (Atom)