Selasa, 23 Juni 2015

Pelestarian Budaya dan Aksi Klaim Negara Tetangga

Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku bangsa dan budaya. Negara yang terkenal dengan keindahan alamnya dan keramahtamahan masyarakatnya. Keindahan Indonesia sudah terkenal di mancanegara. Bahkan di antara negara-negara Asia Pasifik, Indonesia jadi salah satu negara yang paling maju pariwisatanya selain India dan China. Siapa tak kenal Indonesia? Kini seluruh dunia mengakui keanekaragaman yang dimiliki negeri kita tercinta. Apalagi melalui ajang dunia, Miss World. Para kontestan Miss World 2013 memuji keindahan Indonesia yang pada tahun ini menjadi tuan rumah kontes kecantikan internasional tersebut. Tak hanya keindahan Indonesia yang disukai para kontestan, tetapi juga berbagai menu makanan khas Indonesia. Tarian-tarian tradisional yang sangat menarik seperti Tari Seudati, Saman dari Nangroe Aceh Darussalam, Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur, lagu-lagu daerah seperti Lisoi, Sinanggar Tullo, Sing Sing So, Butet dari Sumatera Utara, Gundul-gundul Pacul, Gambang Suling, Suwe Ora Jamu dari Jawa Tengah, Cik Cik Periok dari Kalimantan Barat, rumah adat seperti Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur), Rumah Lamin (Kalimantan Timur). ritual adat atau tradisi daerah seperti Mitoni, tedhak siti, grebegan (Suku Jawa). Ini hanyalah sedikit dari ratusan budaya yang ada di Indonesia. Semua itu adalah keanekaragaman negeri tercinta yang memiliki ciri khas masing-masing, yang menjadi budaya lokal daerah tersebut. Tidak cukup hanya itu, Indonesia memiliki obyek wisata yang begitu menakjubkan, seperti pesona pulau Bali yang sering orang katakan sebagai surga dunia, Taman Laut Bunaken yang tak diragukan lagi keindahan pemandangannya, tempat dimana para penyelam melakukan aktivitas menyelamnya. Tiga dari 100 pantai terbaik di dunia ternyata dapat ditemukan di Indonesia! Selain pamandangannya yang indah, ombaknya yang sangat menantang untuk para peselancar, dan keindahan bawah lautnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Latar belakang ini melahirkan keragaman yang luar biasa. Kekayaan sumber daya alam yang tiada habisnya menjadi milik Indonesia sepenuhnya. Beribu-ribu pulau dari Sabang sampai Merauke, bahkan lamban laun terus bertambah pulau-pulau kecil yang ditemukan di negeri yang bersemboyan “Bhinneka Tunggal Ika” ini. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di negeri ini. Adanya kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia seharusnya membuat Indonesia menjadi bangsa yang berbudaya. Namun belakangan ini, Indonesia seakan lupa dengan kebanggaan budayanya yang malah terseret westernisasi seiring dengan era globalisasi. Budaya Indonesia menjadi tidak berkembang dan dianggap ketinggalan jaman, bahkan sekarang ini banyak generasi muda Indonesia yang tidak mengenal budayanya sendiri. Andai saja para generasi muda Indonesia mau dan bertekad untuk mengenal kebudayaan negaranya sendiri, banyak yang bisa mereka temukan didalamnya. Dengan berbagai kebaikan yang dimiliki Indonesia, terdapat suatu kekhawatiran yang seharusnya ada pada masyarakat Indonesia. Kekhawatiran akan direbutnya semua kekayaan Indonesia oleh negara lain, karena mereka tidak mempunyai apa yang kita miliki. Saat ini, kita hidup di era globalisasi yang sarat atas persaingan yang tinggi. Di babak ini, inovasi menjadi “bahan bakar” pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkat persaingan mengakibatkan ekonomi global harus terus bergerak mencari inovasi-inovasi baru. Artefak-artefak tradisional, yang pada awalnya dianggap tidak bernilai ekonomi tinggi, menjadi sangat berharga. Hal inilah yang melatarbelakangi pencurian, pematenan dan klaim Negara atau oknum Warga Negara Lain terhadap kekayaan budaya Indonesia. Satu di antaranya Malaysia yang pernah mengklaim beberapa kebudayaan Indonesia sebagai warisan budaya Negeri Jiran tersebut. Kurang lebihnya ada 10 budaya : lagu Rasa Sayange asal Maluku, Batik, Tari Pendet asal Bali, Alat Musik Angklung dari Jawa Barat, tari tor-tor dari Sumatera Utara, Reog Ponorogo asli ponorogo, Wayang Kulit, Kuda Lumping, masakan Rendang Padang, bahkan keris yang menjadi peninggalan sejarah dari kerajaan Majapahit, diakui Malaysia sebagai budaya mereka. Bagaimana Masyarakat dan Pemerintah menanggapi fenomena tersebut? Apa yang kita lakukan untuk memecahkan masalah ini? Bagi saya ini adalah masalah serius yang Indonesia alami, suatu kenyataan konkrit bahwa Indonesia lengah menjaga kebudayaan yang menjadi kebanggan tersendiri bagi rakyat Indonesia. Ada sekitar 200 jiwa penduduk Indonesia, dan begitu banyaknya sistem ketahanan NKRI yang bertugas melindungi. Lalu siapa yang pantas disalahkan ketika masalah seperti ini terjadi pada bangsa kita? Ketika Reog Ponorogo dibawa langsung oleh warga ponorogo yang kemudian tinggal dan menetap di Malaysia, lalu Ia mengenalkannya di Malaysia, apakah itu menjadi salah orang tersebut? Apa yang telah dilakukan masyarakat atau pemerintah ketika wilayah perairan Indonesia diklaim menjadi milik Malaysia? Apa yang mau diganyang terhadap Malaysia, sedangkan kita sebagai pemilik tidak bisa menjaga dan melindunginya. Mungkin masih ada lagi kebudayaan Indonesia yang telah diklaim negara lain sebagai hak paten miliknya, namun kita belum menyadarinya. Saya sendiri menyadari bahwa saya tidak jauh lebih baik dari mereka yang membiarkan budaya bangsa sendiri dipatenkan menjadi hak milik negara lain. Jika saya ditanya “apa yang sudah saya beri untuk negeri ini; apa yang sudah saya lakukan untuk mempertahankan budaya bangsa tercinta ini; tentu belumlah banyak yang saya suguhkan untuk bumi pertiwi “i have no idea how i could answer that”. Ketika isu bahkan kenyataan seperti ini terjadi, semua orang marah. Tapi tanpa hal ini terjadi, apakah anda, kita, akan peduli terhadap budaya bangsa ini? Pada waktu fenomena ini terjadi, apa yang masyarakat Indonesia lakukan? Marah dan meluapkan emosi yang seakan menandakan “tidak sudi” budaya kita diklaim oleh malingsial (julukan masyarakat untuk Malaysia). Tetapi ketika semua baik-baik saja, mempedulikan keadaan sekitarpun enggan untuk melakukannya. Saya tidak akan berpihak pada siapapun, meskipun saya Warga Negara Indonesia. Jika kita lihat, di Indonesia banyak koruptor, namun tidak semua Warga Negara Indonesia adalah koruptor. Begitu juga dengan pengklaiman yang dilakukan oleh Malaysia, hanya segelintir orang yang melakukannya tetapi berdampak pada semua komponen masyarakat di Malaysia. Warga Negara Indonesia pun, yang menjadi penduduk Malaysia bukanlah pengkhianat jika mereka membawa budaya Indonesia ke wilayah Malaysia. Bukan berarti mereka memberikan kesempatan pada Malaysia untuk merebut hak milik budaya Indonesia. Bisa saja para orang tua menginginkan keturunannya tetap mengenal dan bisa menerima budaya asli daerahnya sendiri sekalipun mereka tinggal di negeri orang, sehingga generasi penerus tidak melupakan budaya-budaya bangsanya. Mungkin bagi Malaysia, suatu upaya untuk memperlihatkan bahwa masyarakat dan negaranya mempunyai budaya lokal yang menjadi identitasnya dengan melakukan pengklaiman oleh negara lain terhadap budaya tersebut, namun tindakan ini melampaui batas toleransi dan harus diatasi oleh pihak dari negara yang bersangkutan. Tindakan pengklaiman budaya Indonesia yang dilakukan oleh negara Malaysia tidak patut dan melanggar identitas nasional suatu negara. Jika memang tidak ingin kejadian yang sudah-sudah terulang kembali, pemerintah haruslah tegas dan sesegera mungkin mematenkan seluruh budaya Indonesia dengan sah menjadi milik rakyat Indonesia dimata dunia. Sehingga, ketika ada negara lain meng-klaim bahwasannya budaya tersebut milik mereka, kita telah mempunyai bukti autentik bahwa budaya tersebut paten milik bangsa Indonesia. Sebaiknya, menanggapi masalah ini tidak perlu menggunakan emosi, justru dengan kejadian seperti ini bisa menyadarkan kita bahwa dibalik keterpurukan bangsa kita, ternyata kita memiliki leluhur dan masyarakat yang memiliki daya kreativitas yang tinggi. Buktinya saja, banyak hasil kreasi dan seni kita yang di klaim oleh mereka. Coba kita flashback dengan melihat sekali lagi buku sejarah tentang bagaimana bangsa kita meraih kemerdekaan. Kemerdekaan sejati yang kita dapatkan melalui hasil perjuangan. Bandingkan dengan Malaysia, apa arti kemerdekaan bagi Malaysia? Jika mereka paham, tidak mungkin mereka mendapatkan kemerdekaan untuk bangsanya dengan cara mengemis kemerdekaan dari pemerintahan inggris. Kita, sebagai generasi muda, hantam malaysia dengan daya kreativitas yang kita miliki. Cintai dan jaga budaya kita !

Rabu, 27 Mei 2015

SISTEM BAWON PADA PERTANIAN PADI DI DESA PATEMON, KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG



Masyarakat di Desa Patemon, Kecamatan Ngadirejo adalah masyarakat yang bermatapencaharian utama sebagai petani. Didukung dengan letak geografis yang berada di kaki gunung Sindoro. Desa Patemon ini bisa dibilang berada di dataran tinggi karena letaknya yang berada di kaki gunung. Setiap panen padi tiba, masyarakat yang memiliki lahan pertanian sendiri mulai mempersiapkan hal-hal yang bersangkutan dengan panen padi. Mulai dari alat-alat pertanian, modal, dan tenaga kerja. Sistem pertanian di Desa Patemon sendiri tidak melulu memfokuskan komoditas padi saja, jika mulai musim tembakau petani mengganti tanaman disawah dengan tanaman tembakau, mereka juga menanam cabe, terong, dan sayur-mayur.
Koentjaraningrat mengatakan dalam suatu masyarakat desa menjadi persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan pada prinsip hubungan kekerabatan (genealogs) dan hubungan tempat tinggal dekat (teritoria). Begitu juga dengan pola hubungan antara buruh tani dengan pemilik lahan, buruh  tani akan diundang untuk melakukan proses produksi pertanian padi sawah yang rumahnya berdekatan maupun masih memiliki hubungan kekerabatan. Pemilik lahan  biasanya mendatangi kepala kelompok dan selanjutya kepala kelompok akan  memberitahukan kepada buruh tani yang lain yang masih dalam satu kelompok.
Pertanian adalah kegiatan memproduksi tanaman baik padi, palawija maupun tanaman lainnya di sebidang tanah/sawah yang memerlukan faktor produksi dalam proses penyelesaiannya. Faktor produksi Diantaranya adalah tenaga kerja, modal dan bahan baku
3.Tahapan Proses Produksi Pertanian Padi Sawah
a.       Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dalam usahatani padi sawah pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja pria. Dalam pengolahan tanah tenaga kerja pria banyak digunakan, karena pada kegiatan pengolahan tanah ini diperlukan tenaga yang cukup besar sehingga kegiatan pengolahan tanah ini lebih didominasi oleh tenaga pria. Pengolahan tanah pada umumnya menggunakan peralatan pertanian bertenaga mesin yang disebut bajak tetapi masih ada yang menggunakan kerbau maupun sapi.
b.      Penyemaian
Penyemaian bibit adalah salah satu kegiatan dalam usahatani padi sawah yang meliputi kegiatan pembuatan tempat penyemaian, penyebaran bibit dan pencabutan bibit dari persemaian. Penggunaan tenaga wanita untuk kegiatan penyemaian biasa dilakukan karena pada kegiatan penyemaian ini memerlukan ketelitian
c.       Penanaman
dilakukan oleh tenaga kerja perempuan, karena dalam proses penanaman memerlukan ketelatenan dan kesabaran.
d.      Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuang atau memisahkan tanaman pengganggu dari tanaman padi sawah. Tenaga kerja wanita lebih besar digunakan dalam kegiatan penyiangan karena pada kegiatan penyiangan memerlukan ketekunan dan ketelitian sehingga  kebiasaan masyarakat pada umumnya menggunakan tenaga kerja wanita
e.       Pemanenan
Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil usaha tani padi sawah. Kegiatan ini diawali dengan pemotongan batang padi dengan menggunakan sabit setelah batang padi dipisahkan maka kegiatan berikutnya adalah perontokan dari tangkainya.Pada kegiatan panen laki-laki dan perempuan berpartisipasi dalam hal ini.
Memanen dilakukan dengan menggunakan ani-ani (semacam sabit tetapi bergerigi). Memanen memerlukan dua tahapan, yang pertama memotong tanaman yang kemudian dikumpulkan dalam satu tempat kemudian yang kedua adalah memisahkan bulir padi dari tangkainya yang disebut dengan nggeblok. Nggeblok adalah memukul tanaman berulang kali sampai bulir padi terpisah dari tangkainya dengan menggunakan alat yang disebut  jagrak. Jagrak terbuat dari papan dan bambu yang disusun menggunakan paku dan memiliki bentuk seperti huruf A.
Sistem Bawon
“Bawon” merupakan upah natura yang diberikan pemilik lahan kepada buruh tani, khususnya untuk kegiatan panen yang merupakan bagian tertentu dari hasil panen. Pada sistem bawon tradisional, panen padi merupakan aktivitas komunitas yang dapat diikuti oleh semua atau kebanyakan anggota komunitas dan menerima bagian tertentu dari hasil panen. Tradisi di beberapa tempat petani tidak dapat membatasi jumlah orang yang ikut memanen. Sistem tersebut merupakan bawon yang “benar-benar terbuka” dalam arti setiap orang diizinkan ikut memanen. Sistem “bawon terbuka” pada perkembangannya kemudian menjadi sistem panen yang hanya terbuka untuk orang satu desa yang sama. Sistem bawon yang lebih ketat adalah sistem bawon dengan peserta tertentu (yang diundang saja).
Sistem “Bawon” ini dilakukan di Desa Patemon sudah sejak jaman dahulu hingga menjadi tradisi atau budaya masyarakat setempat. Masyarakat menerapkan sistem “bawon” hanya ketika musim padi tiba. Seluruh masyarakat desa akan disibukkan dengan kegiatan pertanian ketika menjelang hingga setelah panen selesai. Sistem “bawon” ini terjadi antara pemilik lahan dan buruh tani yang bekerja mengolah lahan pertanian ketika musim padi tiba. Tidak diketahui asal-usul atau latar belakang dari penamaan atau istilah “bawon” dalam menyebut sistem resiprositas disini. Masyarakat setempat menirukan orang-orang terdahulu yang sudah terbiasa menggunakan istilah “bawon” dalam kegiatan pertanian di Desa Patemon.
Masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri, biasanya bekerja sebagai buruh tani dengan mengolah lahan pertanian milik orang lain. Mulai dari proses “nandur” hingga panen, menjadi pekerjaan buruh padi. Dalam kegiatan bertani di Desa Patemon ini, para buruh tidak mendapatkan upah atau “bayaran” berupa uang dari pemilik lahan, namun berupa hasil panen yang dipanen oleh buruh tadi. Inilah yang disebut sistem “Bawon” di Desa Patemon. Upah derep yang berujud “bawon” gabah ataupun bawon padi tersebut dihitung berdasarkan perbandingan hasil petikan padinya. Biasanya adalah satu berbanding enam sampai delapan). Artinya hail padi yang dipetik ditakar dulu, misalnya menggunakan baskom menakarnya, maka ketika hitungan sebanyak enam (ataupun delapan) baskom, maka yang memetik alias yang derep akan memperoleh jatah sebanyak satu baskom. Kebijakan enam ataupun delapan itu juga didasarkan pada jauh dekatnya yang memetik. Apabila yang memetik padi dahulunya juga diminta bantuan saat menanamnya, besar kemungkinan akan memperoleh porsi lebih bagus, yaitu enam berbanding satu, bukan delapan berbanding satu. Cara ini banya dipakai oleh para petani penggarap, yaitu petani yang hanya buruh dan harus setor hasil panen kepada sang pemilik sawah.
Namun kini di Desa Patemon ketentuan takaran disama ratakan menjadi 1:8. Satuan dari penghitungan hasil panen ini menggunakan piring plastik yang biasa digunakan untuk mengukur seberapa banyak panen ”gabah” yang didapat oleh buruh. Misalnya, seorang buruh dapat memperoleh 1 karung “gabah”, maka si pemilik lahan akan menghitung berapa banyak “gabah” yang akan didapat oleh seorang buruh dengan menakar “gabah” tadi menggunakan piring plastik. Setiap delapan piring “gabah” yang dipindahkan ke karung pemilik lahan, buruh akan mendapatkan satu piring “gabah” untuk dirinya sebagai upah dari pekerjaannya memanen. Namun dalam ada  beberapa syarat yang memang harus dipenuhi untuk melakukan sistem “Bawon” ini.  Ukuran jumlah pembagian takaran tersebut disepakati sesuai dengan banyak-sedikitnya perolehan yang didapat oleh buruh tani ketika ikut memanen. Apabila jumlah padi yang dipetik banyak, dia pun mendapatkan bagian yang banyak, dan begitu pula sebaliknya. Saat panenlah, banyak petani lain, termasuk mereka yang cuma buruh tani, ikut merasakan rejeki melalui sistem bawon (perhitungan hasil panenan antara pemilik dengan pemetik).
Petani yang butuh gabah tinggal ngarit padi yang tua, mengumpulkan batang-batang padi aritan dalam tumpukan sendiri-sendiri dan menggebuknya. Bila hasil aritan yang sudah digebuk diserahkan dalam bentuk gabah ke pemilik sawah, mereka akan mendapat bawon sebesar seperdelapan hasil gebukan. Dan kebersamaan serta perhitungan seperti inilah yang para petani takutkan akan hilang bila sistem gebuk diganti dengan menggunakan mesin perontok. Seseorang yang bisa melakukan sistem “Bawon” adalah seorang buruh yang ikut menanam atau “tandur”, dan ikut memanen atau “derep” yang dalam pekerjaannya meliputi memotong tanaman padi atau “mbabati” dan memisahkan butir padi dari tangkainya atau “nggebuk pari”.
Sistem “Bawon” ini memang tidak dapat diandalkan sebagai pekerjaan yang dapat menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun sistem “Bawon” dapat menjadi salah satu strategi pemenuhan kebutuhan pangan bagi keluarga, “gabah” yang diperoleh buruh dari hasil memanen lahan padi milik juragan bisa “diselep” atau giling menjadi beras, beras itulah yang nantinya menjadi makanan pokok sehari-hari keluarga buruh tadi. Ketika musim padi tiba, buruh tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli beras, karena “gabah” yang dipanen buruh tadi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga hingga musim panen selesai. Meski sistem “Bawon” memiliki kelemahan yaitu tidak menghasilkan uang, padahal uang inilah yang menjadi pemicu seseorang bekerja, namun dalam sistem “Bawon” menciptakan nilai sosial dalam masyarakat.
Dengan perhitungan ini maka konsep bagi-bagi rejeki dalam sebuah panen tidak hilang. Sebaliknya petani yang mbawon kini justru lebih ringan karena mereka hanya ngarit sementara tugas gebuk gabah diganti dengan merontokkannya menggunakan mesin.
Dalam sistem “Bawon” dikenal juga sistem sambatan. Sistem sambatan diartikan sebagai sistem saling membantu bekerja secara bergiliran atau sistem hubungan pertukaran tenaga kerja . Istilah sambatan berasal dari  bahasa Jawa “sambat” yang berarti minta pertolongan. Pada prinsipnya sistem  sambatan adalah memobilisasi tenaga kerja luar keluarga untuk mengisi  kekurangan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi, terutama saat musim  sibuk. Sistem ini diatur melalui kebiasaan setempat, dimana petani diminta untuk  bekerja membantu pemilik lahan untuk kegiatan tertentu di sawah tanpa diberi  upah. Pemilik lahan hanya menyediakan makanan, tetapi pada gilirannya mereka harus mengganti bantuan tersebut secara proporsional pada waktu diperlukan.

Minggu, 10 Mei 2015

Maafkan aku, Ayah

Ayah, lagi-lagi dengan ketidaksengajaan aku mengecewakanmu. Maafkan aku yah, entah berapa kali aku melakukannya. Masih dengan ketidaksengajaan, yang mestinya bisa aku cegah, atau bahkan aku hindari sebelumnya. Aku masih menjadi putri kecilmu yang ingin ini itu harus menangis lebih dulu. Aku belumlah pantas menjadi orang dewasa yang bisa menyelesaikan masalah dengan tenang dan penuh pendewasaan seperti orang-orang kebanyakan. Ayah, maafkan segala kesalahan yang putrimu perbuat. Aku berdosa, banyak sekali sikap dan sifatku yang sering menyakiti hatimu, Aku tahu itu yah. Aku menyadari banyak kesalahanku yang membuatmu tak suka, tetapi Ayah selalu mampu menyembunyikan kekecewaan Ayah demi membuatku tetap kuat dan mau berubah. Tiga hari lagi putrimu yang manja ini genap menempati angka 20, umurku tak lagi dikatakan sebagai remaja, bahkan tak pantas dengan sebutan manja. Tetapi sebutan itu seakan akan tetap melekat sampai aku bisa menemukan jati diriku sesungguhnya.
Ayah.. ada yang ingin aku katakan tapi aku tak bisa mengungkapnya pada Ayah. Maafkan aku atas segala kesalahan yang akan aku tulis disini. Yang pertama, Maafkan aku belum bisa, atau bahkan aku tidak mampu memenuhi permintaanmu untuk belajar agama di pondok pesantren. Ayah terlalu baik pada putrimu yang manja ini. Bukankah permintaan Ayah adalah salah satu didikan Ayah dan Mamah yang wajib dilaksanakan oleh anak-anakmu? Tetapi dengan ringan hati Ayah menenggelamkan keinginan besar Ayah untuk menjadikan aku dan adik sebagai anak yang sholekhah dan sholeh dengan belajar agama di pondok pesantren. Kau tahu Ayah, airmataku tak henti-hentinya mengaliri wajahku saat aku mengungkapkan ini padamu. Aku merasa menjadi anak yang tak berguna, tak bisa mematuhi keinginan orang tua yang jelas-jelas baik untuk diriku sendiri. Aku tidak bisa membalas budi pengorbanan kedua orang tuaku, yang dengan susah payah sampai 20 tahunku ini membesarkan aku. Sebenarnya keinginan Ayah sangatlah mudah, semua orang bisa melakukannya termasuk aku. Keterlaluan bukan anakmu ini Ayah? Aku malu, malu sekali. Ketika akhir pekan, biasanya seusai shalat subuh di masjid, kita berkumpul sekeluarga di ruang TV sambil minum hangat. Setiap pagi acara TV kita adalah pengajian, disitu aku merasa sedih, menahan airmata ku agar tak sembarangan menetes ketika kita berkumpul pagi hari. Aku malu pada Ayah, apalagi mendengar Ayah dan Mamah selalu bilang "senangnya kalau punya anak pintar ngaji, baca alqur'an, blablabla".. Aku sedih Ayah, kenapa kedua anakmu tidak bisa fasih mengaji, mengerti syariat islam dengan baik, bahkan untuk tidak mengecewakanmu karna hal-hal kecil saja kami tidak bisa. Lalu dengan apa kami bisa membayar hutang-hutang kami pada Ayah dan Mamah selama hidup kami? Ayah selalu bilang “permintaan Ayah cuma satu pada anak-anak kesayangan Ayah. Ayah hanya ingin kalian fokus mengenyam pendidikan dan meningkatkan keimanan kalian. Shalat, mengaji, sedekah, dan bisa memaksimalkan prestasi kalian di sekolah.” Aku merasa masih belum bisa membuktikan itu semua pada Ayah, padahal banyak sekali yang Ayah tunjukkan pada kami. Tanggung jawab, ketegasan, kasih sayang, cinta, dan Ayah mampu menjadi Imam bagi kami. Jika memang aku tak bisa memenuhi keinginan terbesarmu ini, Aku mohon pada Allah semoga Dia panjangkan umur Ayah hingga Ayah melihat cucu-cucu Ayah kelak dapat belajar agama di pondok pesantren sesuai keinginan Ayah. Semoga anak-anakku kelak yang menggantikannya untukmu yah..
Bertahanlah Ayah, sampai keinginanmu semua dapat kami wujudkan. Bersabarlah.. tetaplah menjadi pria yang tangguh untuk kami. Yang kedua, maaf atas kelemahan hatiku yah. Aku menyukai lawan jenis, dan aku menjalin hubungan dengannya. Dia menyukaiku sejak aku duduk di kelas X SMA, Aku pernah menceritakannya pada Ayah. Terimakasih atas respon baik Ayah mendengarkan ceritaku tentang laki-laki ini, aku senang sekali Ayah bisa memberiku motivasi dan mengingatkanku untuk tetap pada tanggung jawab dan menjaga kepercayaan Ayah. Tapi lagi-lagi aku menyalahgunakan kepercayaan Ayah, dan aku hanya bisa mengatakan “Maaf”. Aku mengingkari perjanjian kita Ayah, aku goyah ketika dia membuat hatiku sakit. Aku selalu menangis atas perbuatan yang dia lakukan, yang membuatku sakit. Aku tidak bisa menahan airmataku untuk tidak keluar. Akhir-akhir ini aku sering menangis karena dia Ayah. Padahal Ayah sangat membenci sikapku ini kan? Aku memang lemah, aku tidak bisa tetap tegar ketika sesutau mencoba melemahkan ku. Aku tidak mampu memerangi perasaan sedihku, dan seketika aku terjatuh Ayah, tak mampu bangkit sendiri. Laki-laki yang ku perkenalkan pada Ayah di rumah akhir tahun 2014 lalu, dia yang sampai sekarang ada dalam hatiku. Ayah sangat tahu akan hal itu, Ayah mampu menerawang seberapa jauh kedekatanku dengannya. Sampai-sampai Ayah tak berhenti memberiku wejangan-wejangan, mungkin karena Ayah khawatir putrimu ini akan terjatuh suatu saat nanti. Kekhawatiran Ayah benar, putrimu rapuh ketika hati kami sudah tak berjalan beriringan. Aku mulai rapuh ketika dia mengatakan bahwa dia menyukai perempun lain. Rasanya sakiit sekali yah.. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku saat ini, aku selalu menangis. Kenapa karena perempuan lain? Kenapa bukan dengan alasan lain yang tidak menyakitiku. Orang ketiga adalah alasan yang paling menyakiti hati perempuan, harusnya dia tahu akan hal itu. Dan seharusnya dia mengerti yang dia katakan akan sangat melumpuhkan perasaanku. Dia memang mengatakan kalau dia kagum, bukan menyukai. Bagiku itu hal yang berbeda, tapi yang aku rasakan saat ini, dia tidak lagi sebatas mengagumi perempuan itu. Tapi perempuan itu sudah masuk ke dalam hati laki-laki yang aku cintai. Bodohnya aku masih bertahan Ayah, semua ini karena aku menyayangi dia. Ayah tahu kalau dia orang yang jujur, iya Ayah aku sudah membuktikannya. Melampaui batas kejujurannya dia mengatakan ada perempuan lain yang ia kagumi. Aku masih bisa menerima dia mengatakan hal itu, tapi sekarang aku tidak sekuat kemarin. Hatiku semakin rapuh setiap harinya mendengar nama perempuan itu dia sebut ketika bicara denganku. Dia selalu membandingkan aku dengan perempuan itu, dia pandai membuatku cemburu yah.. dengan kata lain, dia pandai membuat hatiku sakit. Bagaiman jika Ayah mengetahui ceritaku ini? Aku yakin Ayah tidak akan memberikan penilaian buruk padanya, justru Ayah akan menyalahkan aku kenapa aku mengambil langkah yang salah dari awal.
Ayah pasti akan bilang kalau itu salahku karena memberikan hatiku untuk seseorang yang belum dihalalkan uuntukku. Sekarang aku terpuruk Ayah, maafkan aku. Aku membohongimu, aku mengecewakan Ayah. Aku durhaka!! Aku tidak bisa Ayah percaya, aku tidak bisa kau beri tanggung jawab. Kini fokus belajarku memiliki cabang yang sangat banyak, dan aku mengenyampingkan tanggung jawab yang Ayah beri. Aku durhaka pada Ayah dan Mamah. Aku berdosa telah menyakiti hati kalian jika kalian tahu hal ini. Semalam, aku mengirimi Ayah pesan SMS bukan? Di SMS itu aku meminta maaf pada Ayah, konsentrasi ku terbagi karena aku memikirkan seorang laki-laki. Baru kali ini aku bisa jujur dan mengakui kesalahanku pada Ayah. Tetapi Ayah tidak membalas pesanku, padahal aku menunggu balasan Ayah, setidaknya aku jadi tenang dengan Ayah membalasnya. Sampai sekarang aku jadi berpikiran macam-macam tentang Ayah, aku berpikiran apakah Ayah kecewa, Ayah marah, atau Ayah tidak mau tau dengan segala alasanku? Aku masih memegang janjiku Ayah, setelah ini, aku berjanji untuk tidak mempedulikan sesuatu yang bisa menghancurkan masa depanku. Aku tidak akan mempedulikan laki-laki yang sering membuatku menangis, aku tidak akan memikirkan perasaan di hatiku, aku tidak akan peduli lagi dengan rasa sakit yang aku rasakan karena ada perempuan lain di hati laki-laki yang sangat aku cintai.
Dengan begini aku sadar Ayah, selama ini aku melakukan kesalahan besar. Seharusnya aku tidak sembarang memberikan hati pada laki-laki, dan akhirnya aku rapuh dibuatnya. Ayah jangan khawatir, aku akan berusaha untuk bangkit dan kembali pada wujud diriku yang dulu. Aku tidak akan melulu menangisi sesuatu yang akan mengacaukan cita-cita yang sudah aku bangun untuk membahagiakan Ayah, Mamah, Adik dan keluarga besar. Kalianlah tujuan terbesarku, tanpa pengorbanan Mamah melahirkan aku dengan kelahiran yang “ekstrem”, Mamah mengerahkan tenaga dan nyawa Mamah untuk melahirkanku. 14 Mei nanti adalah hari perjuanganmu untuk 20 tahun yang lalu Mah, dan akan aku ingat sampai aku mati. Kelahiran yang tak biasa dialami oleh ibu-ibu, dan Mamah menunjukkan bahwa Mamah wanita yang hebat. Ayah yang banting tulang untuk menghidupi keluarga dan demi membahagiakan kami, apapun Ayah lakukan. Aku mendengar cerita beberapa orang tentang Ayah dan Mamah di waktu kelahiranku. Ayah mengalami kecelakaan dan Mamah berjuang demi aku terlahir di dunia ini, di waktu yang bersamaan kalian mengalami kesakitan yang luar biasa, dan itu semua karena aku. Begitu istimewanya pahlawan hidupku. Aku harus bisa seperti kalian. Meski tak bisa aku membalasnya dengan hal yang sama untuk kalian, aku akan lakukan hal yang sama untuk anak-anakku nanti Ayah, Mamah. Do’akan aku, semoga aku bisa setangguh kalian berdua. Aku akan melupakan semua kesakitan dalam hatiku demi kalian. Maafkan aku Ayah, Mamah.. Dia adalah bagian terkecil sebelum halal menjadi bagian dalam hidupku. Allah Yang Maha Cinta, Dialah yang berkuasa atas hati dan perasaan manusia. Aku percaya, apapun yang datang dari Allah adalah yang terbaik untukku dan untuk dia. Jika memang berjodoh, Allah tidak akan memberikannya pada orang lain. Allah sudah memplotkan rezeki setiap manusia. Mas Rosyid, aku mencintaimu. Tapi aku tidak akan memaksamu untuk bertahan jika kamu merasa tidak mampu. Aku, dengan kerendahan hati, dan penuh ikhlas akan melepasmu.Semoga kita dipertemukan lagi, atas kehendak Allah. Aamiin