Wahyu Nur Mahya
3401413116
Sosiologi dan Antropologi
UNNES
PERAN GANDA WANITA : KARIER vs IBU RUMAH TANGGA
BAB IPENDAHULUAN
Latar belakang
Modernisasi yang terjadi kini
menyentuh aspek keluarga, sehingga telah terjadi berbagai perubahan fungsi
keluarga sebagai akibat proses modernisasi. Di era globalisasi ini, perempuan
tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal
tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan
tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi
dan sosial. Seiring dengan abad kesejagadan ini, nampaknya kondisi tersebut
sangat mungkin memberikan pengaruh yang sedemikian kompleks dan
lebih dinamis terhadap perubahan di segala bidang , sehingga harus
menggeser sebagaian peran orangtua, yaitu dengan
mengalihkan peran dari kaum lelaki kepada kaum
wanita dalam keluarganya, sekalipun pada zaman sebelumnya kondisi itu
cukup menjadi perbedaan pendapat di antara kedua orangtua terkait. Terjadinya
peristiwa yang dimaksud nampaknya lebih berkaitan dengan pentingnya tuntutan
pemenuhan kebutuhan ekonomi, menguntungkan, berharga, dan berguna
dalam menjaga martabatnya. Secara finansial , kondisi sedemikian
jelas menguntungkan dan tidak perlu dipersoalkan . Adapun yang menjadi
persoalan jikalau pihak ayah tidak bekerja ( Wahab dan Solehuddin, 1999).
Peran mencari nafkah tidak saja untuk memenuhi
kebutuhan bersama dalam rumahtangganya, tetapi juga lebih memiliki
harga diri serta hidup yang bermanfaat ( Wolfman,1994). Mereka hidup sama- sama
sibuk. Pada zaman dahulu biasanya ayah berperan sebagai pencari
nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, namun
sekarang banyak diantara keluarga terutama di kota- kota yang tidak lagi
seperti itu. Fenomena perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga akibat
modernisasi ini merupakan hal yang hendak diangkat dalam tulisan ini.
Seorang perempuan Indonesia masih
kerap dilanda kebingungan antara memilih untuk hanya menjadi ibu rumah tangga
saja atau ikut masuk ke dalam dunia karir. Di Indonesia sendiri, wanita yang
lebih menyibukkan diri di dunia karir kadang masih dianggap sebelah mata.
Terlebih masih banyak wanita yang tidak bisa mendapat posisi tertinggi di dalam
sebuah perusahaan hanya karena ia wanita. Sebenarnya tidak ada paksaan seorang
wanita Indonesia harus menjadi apa dan bagaimana. Satu hal yang perlu digaris
bawahi adalah bahwa seorang wanita Indonesia sebaiknya bisa menjadi sosok yang
tidak hanya reproduktif tetapi juga produktif dan sosial.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah...
Untuk
mempermudah dan membantu jalannya penulisan, maka tulisan ini berangkat dari
beberapa pertanyaan:
1. ......................
2. ........................
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk .............
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini.
Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Wilbert E Moore yang menyebutkan
modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti
teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang
stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi,
suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi mungkin
merupakan persoalan menarik yang dewasa ini merupakan gejala umum di dunia ini.
Kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini terkait pada jaringan modernisasi,
baik yang baru memasukinya, maupun yang sedang meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis, modernisasi
merupakan suatu perubahan proses yang menuju pada tipe sistem -sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa barat dan Amerika Utara
pada abad ke-17 sampai abad ke-19 (Soekanto, 2006: 302). Negara-negara atau
masyarakat moderen pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang
dari aneka warna masyarakat tradisional ataupun masyarakat pramodern. Di Eropa Barat masyarakat
tradisional berwujud sebagai negara-negara absolut dengan pusat-pusat perkotaan
yang kuat, ketika etika Eropa Timur lebih dikenal dengan ciri otokratisnya,
sedangkan kebanyakan masyarakat di Asia dan Afrika berwujud kerajaan yang
didasarkan pada ikatan tradisi dan ikatan darah yang sangat kuat.
Namun demikian semuanya telah mengalami modernisasi dan berbagai negara tersebut di atas mengalami persoalan yang berbeda namun dalam menghadapi modernisasi tersebut sesuai dengan hukum situasi, dan pasti ada unsur-unsur yang sama yang berlaku secara universal.
Namun demikian semuanya telah mengalami modernisasi dan berbagai negara tersebut di atas mengalami persoalan yang berbeda namun dalam menghadapi modernisasi tersebut sesuai dengan hukum situasi, dan pasti ada unsur-unsur yang sama yang berlaku secara universal.
Peran
perempuan sebenarnya
Peranan perempuan dalam keluarga
adalah tergantung dari fungsi perempuan dalam keluarga itu sendiri. Perempuan
bisa berfungsi sebagai anak, Ibu, menantu, mertua, adik, kakak dan istri,
seperti yang sudah disebutkan diatas tadi.
Perempuan sebagai anak dalam
keluarga, biasanya akan mulai mempelajari peranannya sebagai calon ibu dan
istri ketika ia melihat bagaimana ibunya menjalankan fungsinya sebagai ibu dan
istri.
Banyak hal yang bisa dipelajari
oleh anak perempuan ini, secara praktisnya mungkin dengan ikut menjalankan
kewajiban-kewajiban ibunya di dalam mengatur kebersihan rumah, di dalam
memasak, dan lain-lainnya. Bila ibunya adalah perempuan bekerja, mungkin bisa
mempelajari bagaimana cara mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Perempuan sebagai ibu dalam
keluarga, idealnya menjadikan dirinya teladan yang bisa dicontoh anak
perempuannya dalam segala hal yang dilakukannya di dalam urusan rumah tangga.
Perempuan sebagai menantu dalam
keluarga, idealnya menjadikan keluarga suaminya sebagai keluarga kedua, dan
memperlakukan kedua keluarga dengan sama baiknya, karena bila kita menikah,
kita menikah tidak hanya dengan orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan
keluarganya. Ibunya adalah ibu kita juga, ayahnya adalah ayah kita juga.
Perempuan sebagai mertua di dalam
keluarga, idealnya harus bisa menyadari bahwa ia sudah “diluar” kehidupan
anaknya, dan berfungsi hanya sebagai penasehat dan bukan yang ikut menentukan
jalan pernikahan anaknya. Mertua yang baik adalah yang mendukung pernikahan
anaknya di dalam doa serta memberikan bantuan nasehat, dan lainnya bila
diperlukan.
Perempuan sebagai adik / kakak
dalam keluarga, berperan sebagai saudara yang saling memperhatikan , saling
mendukung dan saling menghargai sebagai sebuah keluarga.
Perempuan sebagai istri dalam
keluarga, berperan sebagai penolong, teman hidup pasangannya di kala suka dan
duka. Melayani suami bisa disebut hak kita sebagai istri, bisa juga disebut
sebagai kewajiban kita sebagai istri. Istri juga adalah teman berbagi dan teman
untuk mendiskusikan segala sesuatunya sebelum keputusan diambil oleh suami
sebagai kepala rumah tangga.
Perempuan sebagai istri juga harus tunduk dan taat
kepada suami dengan sikap hati yang benar. Artinya, sebagai istri mungkin
pendapat kita kadang berbeda, tetapi bila keputusan sudah diambil kita harus
mendukung keputusan tersebut, karena di sebuah kapal hanya ada satu nahkoda dan
di dalam pernikahan hanya ada satu kepala keluarga.
Peran sebagai wanita karir
Diantara banyak sebab wanita memutuskan untuk
berkarier adalah karena beberapa hal, seperti:
- Wanita single parent, memandang karier sebagai kebutuhan yang harus dilakoni untuk menafkahi hidupnya dan anak-anak.
- Pendapatan yang diterima suami atau calon pasangan masih minim sehingga wanita merasa perlu berkarier untuk membantu meringankan beban suami atau calon pasangannya.
- Wanita yang menjadi penopang hidup keluarga besarnya akan memandang berkarier adalah pilihan yang harus diambil sehingga dia bisa mandiri memberikan materi kepada keluarga besarnya tanpa harus meminta kepada suami atau calon pasangan.
- Wanita yang sudah mapan kehidupan keluarganya memilih berkarier untuk menunjang kebutuhan hidupnya atau lifestyle.
Ketika pilihan jatuh pada berkarier maka yang harus
menjadi perhatian utama adalah anak khususnya anak yang masih kecil, jika anak
sudah mulai remaja akan membawa dampak positif yaitu membangun pribadi anak
yang mandiri tanpa bergantung pada orang tua, walaupun orang tua tetap harus
memberikan pengawasan.
Kunartinah (2003) Hall (1986)
karier diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan
pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Hall (1996) karier adalah
rangkaian dari sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang
berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang (Ivancevich et al.,
1989).
Sedangkan pengertian wanita
berkarier seperti yang disampikan Munandar (2001) wanita berkarier adalah
wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Dalam hal ini, wanita
karier mayoritas didukung oleh pendidikan yang tinggi sehingga statusnya dalam
pekerjaan juga tinggi.
Faktor Pendorong Wanita Bekerja
Beberapa faktor yang melandasi ibu
untuk bekerja di luar rumah diantaranya adalah (Puspitawati 2009):
1)
Kebutuhan finansial
2)
Kebutuhan sosial-rasional
3)
Kebutuhan aktualisasi diri
Faktor-faktor yang biasanya menjadi
sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja dapat dibedakan sebagai berikut
(Puspitawati 2009)
1)
Faktor Internal (persoalan yang timbul dalam diri pribadi ibu tersebut)
Stress
akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (lelah secara
psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri (kemampuan
manajemen waktu dan rumah rumah tangga merupakan kesulitan yang paling sering
dihadapi oleh para ibu bekerja), pekerjaan di kantor sangat berat, suami dan
anak-anak merasa “kurang dapat perhatian”.
2)
Faktor eksternal
a) Dukungan
suami. Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang
ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu menyelesaikan
pekerjaan rumahtangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan
moral dan emosional terhadap karier atau pekerjaan istrinya.
b)
Kehadiran anak
c)
Masalah pekerjaan
Peraturan kerja yang kaku, pimpinan
yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di
tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerjasama, waktu kerja yang sangat
panjang, ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problema
sosial-politis di tempat kerja.
3)
Faktor relasional
Kurangnya waktu interaksi suami dan
istri akibat sedikitnya waktu bersama dan berkomunikasi di rumah dapat
menyebabkan persoalan dalam rumah tangga.
BAB III
PEMBAHASAN
Mengatur keseimbangan waktu antara
rumah tangga dan pekerjaan juga menjadi salah satu tantangan terberat. Jika
seorang wanita sudah berkeluarga dan memiliki anak, pastinya ia harus lebih
jeli lagi dalam membagi dan mengatur waktu. Memainkan peran ganda, menjadi ibu
rumah tangga sekaligus wanita karir, bukanlah sesuatu yang mudah. Seorang
wanita Indonesia masih harus dituntut untuk memprioritaskan keluarga dan anak.
Namun, tanggung jawab kerja dan karir juga tak bisa diabaikan begitu saja. Tak
heran banyak wanita Indonesia yang rela melepaskan karir mereka agar bisa lebih
fokus dan konsentrasi pada keluarga mereka. Melepaskan karir demi keluarga
bukanlah sebuah keputusan yang salah karena sekali lagi pilihan hidup ada di
tangan masing-masing wanita Indonesia. Meskipun
banyak tantangan yang akan dihadapai wanita Indonesia, bukan berarti wanita
Indonesia tidak bisa menjadi seorang wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
Salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki oleh seorang wanita ialah ia mampu
mengatur dan mengorganisir segala sesuatu dengan jauh lebih baik. Wanita
Indonesia bisa membangun dan memotivasi orang–orang di sekitarnya. Bahkan
wanita karir yang memiliki jiwa keibuan (karena ia juga adalah seorang ibu
rumah tangga) bisa lebih baik dalam mengayomi para anggota dan anggota tim
kerja. Halangan biologis yang ada seperti menstruasi, hamil, hingga menyusui
pun jika bisa diatasi dengan baik malah akan menjadi kekuatan sendiri bagi
wanita Indonesia yang menjalani dua peran sekaligus: wanita karir dan ibu rumah
tangga.
Dampak Positif Wanita Karir
Terhadap kondisi ekonomi keluarga
Dalam kehidupan manusia kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan primer yang
dapat menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat tercipta
manakala kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik pula. Dengan
berkarir, seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang kemudian dapat
dimanfaatkan untuk menambah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar”
dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan keluarga yang
modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang semata-mata tergantung
pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan
penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin
bervariasi.
Sebagai Pengisi Waktu
Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai
teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita
dalam rumah tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang
menggunakan jasa pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di
rumah akan menjadi sangat berkurang. Hal ini bisa menyebabkan wanita memiliki
waktu luang yang sangat banyak dan seringkali membosankan. Maka untuk mengisi
kekosongan tersebut diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai
alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat
wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi
mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang
keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat
sebagai wanita yang aktif berkarya.
Peningkatan sumber daya manusia
Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya manusia
yang potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya pria bahka
wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang
makin kian pesat.
Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka
sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan
berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama,
nusa dan bangsanya.
Percaya diri dan lebih merawat penampilan
Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk
berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat. Dengan
berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga timbullah
kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha untuk memercantik diri dan
penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal ini akan menjadikan
kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat istrinya tampil prima di
depan para relasinya.
Dampak negatif Wanita Karir
Diantara dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
Terhadap Anak
Seorang wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah
seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh
terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan
rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu
terjadi maka sang Ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap
anak. Survey yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak
anak kecil yang menjadi korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi
apabila mereka memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.
Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal
yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari
kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap
anak-anaknya.
Terhadap Suami
Di kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu
kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju
serta dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang
rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi
hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami
memiliki masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat
berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan
menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini
tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan
untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu
dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang
sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin
menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman
kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena
kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga.
Kebanyakan suami yang istrinya berkarir merasa sedih dan sakit hati apabila
istrinya yang berkarir tidak ada di tengah-tengah keluarganya pada saat
keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan pada diri suami,
khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka selalu menunda kehamilan
dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir yang
tengah dirintis olehnya.
Terhadap Rumah Tangga
Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita karir
yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan
kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi apabila istri
tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah tangga, atau juga terlalu
sibuk dalam berkarir, sehingga segala urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk
mencapai keberhasilan karirnya, seringkali wanita menomorduakan tugas sebagai
ibu dan istri. Dengan demikian pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah
tangga tidak bisa dihindarkan lagi.
Terhadap Masyarakat
Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak
terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya,
seperti hal-hal berikut:
Dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di berbagai
sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena
lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang
sering kita lihat di pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari
kalangan wanita ketimbang pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah
dari pria, juga karena wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.
Kepercayaan diri yang berlebihan
dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka terlalu memilih-milih
dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat seorang wanita karir masih
hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga
bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk
menjadikan wanita karir sebagai istri mereka karena beberapa faktor; Seperti
pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang seringkali membuat pria
berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Sementara itu
dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para wanita karir ini -kemungkinan
karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu berkeluarga dan membina
rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya
anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat
diraih oleh wanita maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping
hidup.
Perempuan dan Peran Ganda
Perempuan berkeluarga yang berperan ganda sebagai
individu senantiasa menyesuaikan diri dengan komponen lingkungan tersebut
meskipun seringkali menghadapi tekanan dari lingkungannya. Ketika mendapatkan
tekanan dari lingkungan, perempuan akan melakukan adaptasi diri, yang berarti
mengubah diri sesuai keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan diri.
Peran ganda perempuan membawa dampak pada pergeseran
nilai dalam keluarga, berupa perubahan struktur fungsional dalam kehidupan
keluarga seperti pola penggunaan waktu dan kegiatan untuk keluarga, urusan
rumah tangga, pekerjaan, sosial ekonomi, pengembangan diri dan pemanfaatan
waktu luang.
Peran ganda yang dijalani perempuan membuat pola
interaksi dengan keluarga berlangsung timbal balik dan saling membutuhkan baik
ketika berada di dalam maupun di luar rumah. Adapun Pola pengelolaan pendapatan
dan pemanfaatan pendapatan keluarga didasarkan oleh tanggungjawab untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Peran ganda perempuan adalah sesuatu yang dapat
disimak, diobservasi, dan merupakan fenomena yang bersifat inter subyektif.
Peran ganda perempuan membawa konsekuensi pada terjadinya perubahan pranata
ataupun struktur sosial di dalam keluarga. Jika peran ganda perempuan
menyumbang stabilitas keluarga atau masyarakat, maka hal itu dinilai fungsional
dan disebut sebagai perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga.
Peran ganda perempuan berarti keterlibatan perempuan
secara aktif dalam suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pribadi
perempuan yang diorganisir berlandaskan kemampuan yang memadai, serta turut
serta memutuskan tujuan. Peran ganda perempuan merupakan perilaku dan tindakan
sosial yang diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.
Keterlibatan perempuan melakoni peran ganda tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti adanya motivasi,
keinginan yang kuat untuk mengaktualisasikan diri, adanya keyakinan dan
penilaian positif terhadap diri sendiri akan kemampuan untuk melakukan hal-hal
positif yang dapat membawa pada keberhasilan di masa yang akan datang.
Setiap perempuan sebagai pribadi memerlukan hubungan
dengan lingkungannya yang memotivasinya, merangsang perkembangannya atau
memberikan sesuatu yang ia butuhkan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
fisik, lingkungan psikis, serta lingkungan rohaniah yang dikandung oleh setiap
individu.
Perempuan, ketika melihat adanya peluang untuk
mengembangkan diri, dan mendapat dukungan dari lingkungan, akan berusaha
berprestasi atau berusaha untuk maju. Peluang ini akan membuka kesempatan bagi
perempuan berpindah strata. Kesempatan ini mendorong perempuan untuk maju
bersaing dan bekerja keras untuk beralih ke strata yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa peran wanita di era globalisasi ini telah berkembang menjadi
peran ganda. Peran ganda tersebut meliputi peran sebagai ibu rumah tangga dan
wanita karir. Peranan wanita sebagai wanita karir dapat dibagi menjadi 3, yakni
wanita tunggal dan tidak mempunyai anak, wanita bekerja menikah tanpa
anak dan wanita karir sebagai ib Peran ganda wanita juga menuai berbagai
pandangan dari masyarakat. Pandangan masyarakat mengenai peran ganda
wanita ada yang pro (setuju) dan kontra (tidak setuju).
Ada beberapa nilai tambah bagi para
ibu yang berperan sebagai pencari nafkah sejalan dengan pekerjaan yang
ditekuninya. Shaevitz (1993) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
(1) cukup banyak bukti yang menerangkan bahwa anak- anak yang ibunya bekerja
tidak lebih menderita atau lebih bahagia dibandingkan mereka yang ibunya
di rumah; (2) wanita bekerja ternyata cenderung memberikan waktunya untuk
berdua dengan anaknya, sama banyaknya dengan wanita yang di rumah saja;
(3) anak- anak yang ibunya bekerja cenderung punya cita- cita pendidikan yang
lebih tinggi
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah semoga makalah yang
menyajikan mengenai penjelasan peran ganda wanita dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca. Disarankan pula pada pembaca untuk memahami dan menelusuri
lebih jauh bahwa peran seorang wanita di era modern sekarang ini telah
berkembang, tidak hanya peran sebagai ibu rumahtangga, namun telah berkembang
menjadi peran sebagai wanita karir (bekerja).
DAFTAR PUSTAKA
Harun Fatmawati. 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
perempuan bekerja dan kesejahteraan keluarga.
Ihromi, T.O. (ed.). 1999. Bunga
Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Weiner, Myron. 1980. Modernisasi
Dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.